SEKSI PENDIDIKAN MADRASAH KABUPATEN BANGKALAN

Selasa, 30 Juli 2013

PENGAMBILAN BLANGKO IJAZAH SERTA SOSIALISASI PEDOMAN PENGISIAN DAN PENULISAN BLANGKO IJAZAH DAN SKHUAMBN

SEHUBUNGAN DENGAN TELAH TERBITNYA BLANGKO IJAZAH MI, DENGAN INI KAMI UMUMKAN BAHWA SEKSI PENDIDIKAN MADRASAH KABUPATEN BANGKALAN AKAN MENGADAKAN SOSIALISASI PEDOMAN PENGISIAN DAN PENULISAN BLANGKO IJAZAH DAN SKHUAMBN PADA :

  • HARI/TANGGAL : JUMAT, 2 AGUSTUS 2013
  • TEMPAT : AULA KANKEMENAG 
  • JAM 08.00 WIB
  • ACARA : PEMBAGIAN BLANGKO IJAZAH SERTA SOSIALISASI PENULISAN IJAZAH DAN SKHUAMBN  BAGI KEPALA MADRASAH SE-KABUPATEN BANGKALAN.

    PENGAMBILAN IJAZAH DAPAT DILAKUKAN DENGAN CARA MENYERAHKAN DAFTAR KOLEKTIF NILAI KELULUSAN PADA PANITIA SOSIALISASI . 

    DEMIKIAN PENGUMUMAN INI KAMI ANGGAP SEBAGAI UNDANGAN RESMI DARI SEKSI PENDIDIKAN MADRASAH.

    NASKAH PEDOMAN PENGISIAN DAN PENULISAN BLANGKO IJAZAH DAN SKHUAMBN DAPAT DI UNDUH PADA TAUTAN BERIKUT :
    https://app.box.com/s/cczm9
    dnu5h4z88ly1rm4

    Senin, 22 Juli 2013

    KEISTIMEWAAN LAILATUL QODAR


                                      *** KEISTIMEWAAN LAILATUL QODAR ***

    "Sesunguhnya Kami telah menurunkannya (al-Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu. Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar." (QS al-Qadr [97]: 1-5).
    Saudaraku, begitu besar kasih sayang  yang diberikan Allah kepada hamba-Nya. Lihattlah kita ,manusia, sebagai hamba-Nya dengan tabiat yang sering jatuh bangun dalam lumpur dosa. Namun Allah senantiasa mengasihi dengan memberi kita kemudahan-kemudahan untuk mensucikan diri dari karat-karat dosa dan kemaksiatan. Tak bisa dibayangkan, sebesar apa noda hitam kemaksiatan itu tergores dalam hati, apabila Allah tidak melimpahkan ampunan-Nya yang Maha Luas.
    Ramadhan, merupakan salah satu sarana yang Allah berikan kepada kita memperoleh ampunan-Nya. Banyak sekali kelebihan-kelebihan yang Allah berikan kepada hamba_nya melalui Ramadhan ini, sehingga wajar kalau Rasulullah mengekspresikan keutamaannya dengan perkataan "Apabila umat ini tahu apa yang ada dalam Ramadhan, niscaya mereka akan mengharapkan hal itu selam satu tahun penuh." (HR Tabrani).
    Bahkan salah satu malam yang diselimuti keberkahan hanya terdapat pada salah satu malam di bulan Ramadhan. Betapa agungnya Ramadhan sehingga tak ada selainya yang mendapatkan malam mulia yang lebih baik dari seribu bulan. Rasulullah saw., bersabda, "Barangsiapa yang beribadah pada malam Lailatul Qadr, niscaya diampuni dosa-dosanya yang sudah lewat. (HR Bukhari dan Muslim)
    Banyak penjelasan Rasulullah saw yang sampai pada kita tentang keutamaan-keutamaan malam yang penuh berkah ini. Sebagai malam yang terbaik dan paling barakah  diantara malam yang ada, didalamnya Allah telah menjanjikan pada hambanya yang ikhlas dan berharap untuk mendapatkan perlindungan-Nya di hari akhir, akan melipatgandakan sampai 1000 bulan untuk amal-amalan kebaikan yang dilakukan pada malam ini.
    Banyak sekali hadist yang menerangkan bahwa kaum muslim hendaklah mencari lailatul qadar diantara tanggal ganjil pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan (HR Bukhari) atau tujuh malam terakhir bulan itu (HR Bukhari). Tampaknya bagi kita tidak menjadi persoalan kapan lailatul qadar itu didatangkan, tetapi yang penting adalah menjemput kedatangannya pada setiap waktu dan mempersiapkan diri untuk itu. Mungkin lebih baik jika kita pusatkan perhatian pada kesiapan mental, kejernihan hati, ketulusan jiwa, keadilan pikiran, kepenuhan iman kita, serta totalitas iman dan kepasrahan jiwa kita kepada Allah Azza Wa Jalla.
    Karena itulah, Ramadhan dengan lailatul Qadar-Nya sebagai media yang bisa mengantarkan kita pada kesucian. Adalah sangat disunahkan bagi kita untuk berusaha memperolehnya dengan memperbanyak ibadah dan amalan-amalan yang baik. Rasulullah, suatu ketika mengatakan "Barang siapa beramal pada malam lailatul qadar dengan penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah, maka terampunilah dosa-dosanya yang telah lalu". Tidak berlebihan memang, kalau Allah menamainya yang kebaikannya melebihi seribu bulan.
    Tentu alangkah sombongnya manusia yang sangat membutuhkan pengampunan dari Allah atas perbuatan-perbuatan mereka yang banyak menyimpang, apabila mereka menyia-nyiakan kesempatan emas yang bersifat tak tentu akan mereka dapatkan di masa-masa yang akan datang. Siapa yang bisa menjamin  bahwa usia kita akan sampai Ramadhan tahun-tahunyang akan datang. Oleh karena itu merupakan keharusan yang tidak bisa tidak bagi kita, untuk mengejarnya, sehingga janji-janji Allah yang telah ditaburkan itu benar-benar bisa kita dapatkan.
    Berangkat dari sini, kita bisa menyikapinya dengan senatiasa mengoptimalkan ibadah kita di 10 malam terakhir dalam bulan yang penuh rahmat ini. Dengan begitu kita kita tidak khawatir akan terlepas dari malam lailatul qadar. Karena kita mencarinya hany pada malam-malm tertentu.
    Kemudian setelah paparan diatas, kita sebagai hamba Allah yang benar-benar memahami kebenaran kekuasaannya sadar bahwa usaha kitadalam mencari lailatul qadar ini adalah untuk membuktikan dan merealisasikan penghambaan kita kepad Allah Swt, sehingga hal itu mengingatkan kita, seharusnya kita bersama-sama mendekatkan diri kapanpun dan dimanapun, tanpa dibatasi ruang dan waktu. Semoga Allah Yang Maha Agung, memberi kesempatan kepada kita untuk mengecap, menikmati, dan melampaui malam lailatul qadar pada bulan Ramadhan ini dengan kesungguhan beribadah dan keikhlasan hati.
    Saudaraku yang budiman, para ulama menerangkan bahwa hikmah disembunyikannya malam qadar, tidak ditegaskan malamnya, ialah supaya kita berusaha mencarinya, meningkatkan ibadah di setiap malam, membanyakkan doa semoga memperolehnya, sebagaimana yang dilakukan ulam salaf.
    Saudaraku yang baik, Rasulullah SAW sengaja memperlihatkan keistimewaan yang ada pada malam kemuliaan (lailatul qadr) yang penuh berkah itu. Karena beliau tahu bahwa dahulu pernah ada seorang lelaki bani Israil yang selama 1000 bulan selalu memakai pedang berjuang dijalan Allah. Karena umur ummatnya tidak ada yang sepanjang itu, maka Allah menurunkan surat Al-Quran yang menerangkan mengenai malam kemuliaan itu: "Sesungguhnya kami menurunkannya (al-Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemulian itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu penuh dengan kesejahteraan sampai terbit fajr" (Al Qadr 1-5).
    Al Qadr berarti kemuliaan atau tempat kedudukan yang tinggi, atau dikatakan juga takdir (ketentuan) dan keduanya dianggap benar. Ia merupakan tempat menentukan segala urusan dalam setiap tahun, seperti firman Allah: "Sesungguhnya Kami menurunkan Al-Quran pada suatu malam yang diberkati, dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah" (Ad Dukhan 3-4).
    Seribu bulan lebih lamanya daripada 83 tahun (sepanjang umur manusia). Dan melakukan ibadah pada malam itu pahalanya setara dengan melakukan ibadah sepanjang masa. Tentu saja itu merupakan kemurahan. Oleh karena itulah Rasulullah menjadi orang yang paling antusias untuk melakukannya. Demi hal itu beliau melakukan i'tikaf di masjid, seraya melepaskan diri dari segala kesibukan dunia. Beliau bersabda: "Barang siapa melakkuakn ibadah pada malam kemuliaan karena iman dan mencari pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni".
    Suatu hal yang perlu diperhatikan mengenai keistimewaan malam kemuliaan ini ialah, bahwa Allah memuliakan segenap manusia dengan cara menurunkan cahaya petunjuk pada malam itu. Karenanya, gelap kesesatan hilang sirna. Pada malam itu Allah menghidupkan hati manusia kalau mereka mau melakukan amal-amal yang saleh. Pada malam itu turun para malaikat dan termasuk juga Jibril.
    Satu lagi keistimewaan malam kemuliaan tersebut ialah, kalau peristiwa turunnya malaikat Jibril kepada Rasulullah SAW membawa wahyu sudah berlalu, maka pada malam kemuliaan itu seakan-akan merupakn rekonstruksinya ataupun demi pembaharuan kesejahteraan bagi manusia. Apabila Jibril waktu itu turun dengan membawa wahyu dan syariat Islam, maka pada malam kemuliaan itu beliau turun lagi setelah mendapat izin dari Rabbnya untuk mengatur segala urusan yang berlaku setahun bagi penghuni bumi. Para malaikat pun ikut turun dengan membawa segenap kesejahteraan. Pada malam itu seolah-olah seluruh dunia tengah terjaga menjambut tanda-tanda kesejahteraan, kedamaian, kebajikan dan keselamatan.
    Ini mendorong kita untuk menyuarakan kepada segenap dunia bahwa sesungguhnya agama kita dan misi atau risalah nabi kita, adalah agama dan misi kesejahteraan yang selalu diperbaharui setiap tahunnya.
    Malam kemuliaan merupakan karunia yang tiada duanya. Siapapun yang sampai terlambat memanfaatkannya, maka sama halnya ia telah berlaku aniaya terhadap dirinya sendiri. Karena istrinya Aisyah ra, Rasulullah SAW pernah memberikan wasiat:
    "Apabila kamu mendapati malam itu (lailatul qadr), maka bacalah do'a ini: Allahumma innaka 'afqun tuhibbul 'afwa fa'annii. (Ya Allah, sesungguhnya Engkau maha pengampun, Engkau suka mengampuni, maka ampunilah aku)" (HR Tarmidzi).
    Do'a tersebut mencakup segala kebajikan. Masalahnya kalau orang sudah diberikan ampunan, maka jiwa dan raganya akan terpelihara. Ia pun akan dipelihara dari hisab (perhitungan amal) dan siksa, sehingga ia akan memperoleh kebahagiaan dunia dan akherat.
    Rasulullah SAW sudah menjelaskan kepada para sahabatnya mengenai tanggal dari pada malam lailatul qadr tersebut, yakni disekitar bilangan sepuluh hari yang terakhir pada bulan Ramadhan. Agaknya masalah tersebut tidak perlu diperdebatkan, karena seluruh malam yang ganjil dari sepuluh malam terakhir, terdapat hadist yang memaparkan bahwa malam itu adalah lailatul qadr. Menurut pandangan kami (Athiyah Muhammad Salim), yang tepat ialah bahwa lailatul qadr itu tidak menentu dan berpindah-pindah.
    "Ya Allah, tolonglah kami untuk bisa melakukan ibadah pada malam kemuliaan. Berikan kepada kami berkat kebajikannya. Ampunilah kami. Terimalah permohonan kami agar Engkau berkenan membebaskan kami semua dari siksa neraka. Sesungguhnya Engkau adalah Dzat yang maha mendengar dan yang maha mengabulkan do'a. Semoga shalawat dan salam sejahtera Allah senantiasa terlimpah bagi hamba dan Rasul-Nya yang mulia Muhammad SAW".
    Rasulullah SAW bersabda: "Perangilah nafsu kamu dengan menahan lapar dan dahaga, karena pahalanya seperti pahala orang yang berjihad di jalan Allah dan tidak ada amalan yang disukai di sisi Allah daripada menahan lapar dan dahaga". Wallahu a'lam.

    1. Keutamaan Malam Lailatul Qadar
    Cukuplah untuk mengetahui tingginya kedudukan Lailatul Qadar dengan mengetahui bahwasanya malam itu lebih baik dari seribu bulan, Allah berfirman :
    إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ ﴿١﴾ وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ ﴿٢﴾ لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ ﴿۳﴾ تَنَزَّلُ الْمَلاَئِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ ﴿٤﴾ سَلاَمٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ ﴿٥﴾ [القدر: ١ - ٥]
    (yang artinya) [1] Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur’an) pada malam kemuliaan. [2] Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? [3] Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. [4] Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. [5] Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar. [QS Al Qadar: 1 - 5]
    Dan pada malam itu dijelaskan segala urusan nan penuh hikmah :
    إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ ﴿۳﴾ فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ ﴿٤﴾ أَمْرًا مِنْ عِنْدِنَا إِنَّا كُنَّا مُرْسِلِينَ ﴿٥﴾ رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ ﴿٦﴾ [الدخان: ۳ - ٦]
    (yang artinya) :
    “Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. [4] Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah, [5] (yaitu) urusan yang besar dari sisi Kami. Sesungguhnya Kami adalah Yang mengutus rasul-rasul, [6] sebagai rahmat dari Tuhanmu. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”[QS Ad Dukhoon: 3 - 6]
    2. Waktunya
    Diriwayatkan dari Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam bahwa malam tersebut terjadi pada malam tanggal 21, 23, 25, 27, 29 dan akhir malam bulan Ramadhan. (Pendapat-pendapat yang ada dalam masalah ini berbeda-beda, Imam Al Iraqi telah mengarang satu risalah khusus diberi judul Syarh Shadr bidzkri Lailatul Qadar, membawakan perkatan para ulama dalam masalah ini, lihatlah).
    Imam Syafi’I berkata : “Menurut pemahamanku, wallahu a’lam, Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab sesuai yang ditanyakan, ketika ditanyakan kepada beliau : “Apakah kami mencarinya di malam hari?”, beliau menjawab : “Carilah di malam tersebut.”. (Sebagaimana dinukil al Baghawi dalam Syarhus Sunnah (6/388).
    Pendapat yang paling kuat, terjadinya malam Lailatul Qadr itu pada malam terakhir bulan Ramadhan, berdasarkan hadits ‘Aisyah Radiyallahu ‘anha, dia berkata : Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam beri’tikaf di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan dan beliau bersabda : (yang artinya) “Carilah malam Lailatur Qadar di (malam ganjil) pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.”. (HR Bukhari 4/255 dan Muslim 1169)
    Jika seseorang merasa lemah atau tidak mampu, janganlah sampai terluput dari tujuh hari terakhir, karena riwayat Ibnu Umar (dia berkata) Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda (yang artinya) : “Carilah di sepuluh hari terakhir, jika tidak mampu maka jangan sampai terluput tujuh hari sisanya.” (HR Bukari 4/221 dan Muslim 1165).
    Ini menafsirkan sabdanya : (yang artinya) “Aku melihat mimpi kalian telah terjadi, maka barangsiapa ingin mencarinya, carilah pada tujuh hari yang terakhir.” (Lihat maraji’ diatas).
    Telah diketahui dalam sunnah, pemberitahuan ini ada karena perdebatan para sahabat. Dari Ubadah bin Shamit Radiyallahu ‘anhu, ia berkata Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam keluar pada malam Lailatul Qadar, ada dua orang sahabat berdebat, beliau bersabda : “Aku keluar untuk mengkhabarkan kepada kalian tentang malam Laitul Qadar, tetapi fulan dan fulan (dua orang) berdebat hingga diangkat tidak bisa lagi diketahui kapan lailatul qadar terjadi), semoga ini lebih baik bagi kalian, maka carilah pada malam 29,27,25 (dan dalam riwayat lain : tujuh, sembilan, lima). (HR Bukhari 4/232).
    Telah banyak hadits yang mengisyaratkan bahwa malam Lailatul Qadar itu pada sepuluh hari terakhir, yang lainnya menegaskan di malam ganjil sepuluh hari terakhir. Hadits yang pertama sifatnya umum, sedang hadits kedua adalah khusus, maka riwayat yang khusus lebih diutamakan daripada yang umum, dan telah banyak hadits yang lebih menerangkan bahwa malam Lailatul Qadar itu ada pada tujuh hari terakhir bulan Ramadhan, tetapi ini dibatasi kalau tidak mampu dan lemah, tidak ada masalah. Maka dengan ini, cocoklah hadits-hadits tersebut, tidak saling bertentangan, bahkan bersatu tidak terpisahkan.
    Kesimpulannya :
    Jika seseorang muslim mencari malam Lailatul Qadar, carilah pada malam ganjil sepuluh hari terakhir, 21, 23, 25, 27 dan 29. Kalau lemah dan tidak mampu mencari ppada sepuluh hari terakhir, maka carilah pada malam ganjil tujuh hari terakhir yaitu 25, 27 dan 29. Wallahu a’lam.
    Paling benarnya pendapat lailatul qadr adalah pada tanggal ganjil 10 hari terakhir pada bulan Ramadhan, yang menunjukkan hal ini adalah hadits Aisyah, Ia berkata :
    “Adalah Rasulullah beri’tikaf pada 10 terakhir pada bulan Ramadhan dan berkata : “Selidikilah malam lailatul qadr pada tanggal ganjil 10 terakhir bulan Ramadhan”.
    3. Bagaimana Mencari Malam Lailatul Qadar
    Sesungguhnya malam yang diberkahi ini, barangsiapa yang diharamkan untuk mendapatkannya, maka sungguh telah diharamkan seluruh kebaikan (baginya). Dan tidaklah diharamkan kebaikan itu, melainkan (bagi) orang yang diharamkan (untuk mendapatkannya). Oleh karena itu, dianjurkan bagi muslimin (agar) bersemangat dalam berbuat ketaatan kepada Allah untuk menghidupkan malam Lailatul Qadar dengan penuh keimanan dan mengharapkan pahalaNya yang besar, jika (telah) berbuat demikian (maka) akan diampuni Allah dosa-dosanya yang telah lalu. (HR Bukhari 4/217 dan Muslim 759).
    Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda (yang artinya), “ Barangsiapa berdiri (shalat) pada malam Lailatul Qadar dengan penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” yang telah lalu. (HR Bukhari 4/217 dan Muslim 759)
    Disunnahkan untuk memperbanyak do’a pada malam tersebut. Telah diriwayatkan dari Sayyidah ‘Aisyah Radiyallahu ‘anha, (dia) berkata : “Aku bertanya, Ya Rasulullah (Shalallahu ‘alaihi wassalam), Apa pendapatmu jika aku tahu kapan malam Lailatul Qadar (terjadi), apa yang harus aku ucapkan ?”. Beliau menjawab, “Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘annii. Ya Allah, Engkau Maha Pengampun dan mencintai orang yang meminta ampunan, maka ampunilah aku.”. (HR Tirmidzi (3760), Ibnu Majah (3850), dari Aisyah, sanadnya shahih. Lihat syarahnya Bughyatul Insan fi Wadhaifi Ramadhan, halaman 55-57, karya ibnu Rajab al Hanbali.)
    Saudaraku – semoga Allah memberkahimu dan memberi taufiq kepadamu untuk mentaatiNya – engkau telah mengetahui bagaimana keadaan malam Lailatul Qadar (dan keutamaannya) maka bangunlah (untuk menegakkan sholat) pada sepuluh malam hari terakhir, menghidupkannya dengan ibadah dan menjauhi wanita, perintahkan kepada istrimu dan keluargamu untuk itu dan perbanyaklah amalan ketaatan.
    Dari Aisyah Radiyallahu ‘anha, “Adalah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam apabila masuk pada sepuluh hari (terakhir bulan Ramadhan), beliau mengencangkan kainnya (menjauhi wanita yaitu istri-istrinya karena ibadah, menyingsingkan badan untuk mencari Lailatul Qadar), menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya.” (HR Bukhari 4/233 dan Muslim 1174).
    Juga dari ‘Aisyah Radiyallahu ‘anha, (dia berkata) : “Adalah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersungguh-sungguh (beribadah apabila telah masuk) malam kesepuluh (terakhir), yang tidak pernah beliau lakukan pada malam-malam lainnya.” (HR Muslim 1174).
    4. Tanda-tandanya
    Ketahuilah hamba yang taat – mudah-mudahan Allah menguatkanmu dengan ruh dariNya dan membantu dengan pertolongaNya – sesungguhnya Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam menggambarkan paginya malam Lailatul Qadar agar seorang muslim mengetahuinya.
    Dari Ubay Radiyallahu ‘anhu, ia berkata : Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda (yang artinya) : “Pagi hari malam Lailatul Qadar, matahari terbit tanpa sinar menyilaukan, seperti bejana hingga meninggi.” (HR Muslim 762).
    Dari Abu Hurairah, ia berkata : Kami menyebutkan malam Lailatul Qadar di sisi Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam beliau bersabda : (yang artinya) “Siapa diantara kalian yang ingat ketika terbit bulan, seperti syiqi jafnah.” (HR Muslim 1170. Perkataannya “Syiqi Jafnah”, syiq artinya setengah, jafnah artinya bejana. Al Qadli ‘Iyadh berkata :”Dalam hadits ini ada isyarata bahwa malam Lailatul Qadar hanya terjadi di akhir bulan, karena bulan tidak akan seperti demikian ketika terbit kecuali di akhir-akhir bulan.”)
    Dan dari Ibnu Abbas Radiyallahu ‘anhu, ia berkata : Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda (yang artinya) : “ (Malam) Lailatul Qadar adalah malam yang indah, cerah, tidak panas dan tidak juga dingin, (dan) keesokan harinya cahaya sinar mataharinya melemah kemerah-merahan. Wallahu a'lam

    Selasa, 16 Juli 2013

    BIROKRASI ALA TUKANG POS

    BIROKRASI ALA TUKANG POS


                                               By           : Djohan Trio Santoso
                                               Email     : jona_wahyu@yahoo.com


    Beberapa minggu yang lalu, bapak dahlan iskan telah menggambarkan bagaimana terseok-seoknya fungsionalisasi kantor pos di era serba cepat seperti saat ini. Masyarakat tidak lagi bingung dan menunggu waktu lama dalam berbagi informasi, tidak lagi menunggu waktu berhari-hari untuk mengirim uang, kerena tinggal pencet via comunicator kapan pun dan dimanapun mereka berada, tidak lagi memakan waktu lama dalam mengirim barang karena saingan kantor pos lebih menawarkan pelayanan yang lebih cepat dan efisien, sebut saja Tiki atau yang lainnya.
    Wajah kantor pos saat ini memang dipandang sebelah mata oleh masyarakat, namun ada satu hal yang tidak pernah berubah, yakni kesungguhan para tukang pos dalam bekerja menjalankan tugasnya mengirimkan surat-surat yang ada. Tidak pandang siapa yang meminta jasa, apakah dia orang terpandang atau bukan, tidak melihat apakah dia orang kaya atau miskin, dan tidak melihat jarak, apakah jauh atau dekat. Semua mereka layani, mengantarkannya sampai pada tujuan.
     “aku tukang pos rajin sekali, surat ku bawa naik sepeda, siapa saja aku layani tidak peduli miskin dan kaya, kring kring pos. aku tukang pos rajin sekali, surat ku bawa naik sepeda, siapa saja aku layani tidak peduli jauh dan dekat, kring kring pos
    Lirik lagu diatas merupakan sepenggal lagu tukang pos yang sering diputar oleh anak saya setiap pagi sore bahkan malam. Berulang-ulang hingga terdengar jelas dan terpatri impian dalam benak, betapa indahnya jika semua layanan birokrasi di negara kita berjalan sedemikian rupa –“layaknya tukang pos” tidak memandang drajat dan jarak seseorang. Dalam birokrasi sekolah misalnya; Anak-anak miskin, anak-anak jalanan yang tidak punya kekuatan penuh dalam hal biaya sekolah, bisa mendapat perlakuan yang sama ketika mendaftarkan dirinya untuk melanjutkan jenjang yang lebih tinggi tanpa harus gugur sebelum berjuang. Atau, ketika sudah berada dalam lingkungan sekolah, jauh dari diskriminasi perlakuan dan pelayanan. Sungguh ngeri jika terdengar teriakan keras (namun bagai ringkikan lemah yang tak di gubris) mereka yang harus menjual ginjal demi keberlanjutan pendidikan anak, sebagaimana baru-baru ini terjadi. Hal tersebut merupakan salah satu potret dokumentasi yang terkuak dari sekian ribu dokumentasi ketidak adilan yang terpendam, dan tumbuh terpupuk subur.
    Para pekerja dan pedagang kecil yang berserakan di pasar tradisional, atau bahkan mereka yang tercecer di pinggir jalan, stasiun dan tempat-tempat keramaian lain, mendambakan ketenangan dalam mengais rejeki, tanpa rasa was-was akan penggusuran para pemodal-pemodal besar.  Sungguh sangat menyayat hati ketika harus melihat mereka harus berlarian kesana kemari karena penggusuran, larangan berjualan dikereta api dengan tanpa titik temu dan solusi,  (meskipun kadang ulah para pedagang membuat penumpang tidak nyaman), Sungguh ironis, kelaparan di lumbung padi sendiri kata almarhum gus dur (semoga beliau mendapatkan tempat yang terbaik disisi-Nya) atau menjadi pengemis di negeri sendiri kata MH Ainun najib dalam cerpennya. Hal ini sangat kontradiktif melihat lirik lagu yang menggambarkan Indonesia adalah surga dunia, misalnya: bukan lautan hanya kolam susu, kail dan jala cukup menghidupimu,………………tongkat kayu dan batu jadi tanaman …….”dst.
    Dan semua orang yang tidak mampu, bisa mendapatkan perlakuan yang adil di tingkat pemerintahan daerah, propinsi atau yang lebih tinggi dari itu, dalam mendapatkan hak-haknya sebagai warga negara Indonesia, baik dalam memperoleh pendidikan, tempat tinggal, sosial, politik dan dalam semua bidang kehidupan serta penghidupan masyarakat. sebagaimana amanat UU Republik Indnesia pasal 27 ayat 2: Tiap-tiap warganegara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
    bagi kemanusiaan, Pasal 31 ayat 1: Tiap-tiap Warganegara berhak mendapat pengajaran, pasal 34: Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh Negara dan terahir pasal 33 ayat 4: Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

    Mungkin akan menjadi baik jika para tukang pos menjadi salah satu wakil masyarakat di senayan atau propinsi atau kabupaten. Mungkin, mereka akan menjalankan tugas tanpa pandang bulu dalam mengabdi kepada masyarakat. Pelayanan terbaik,kepentingan masyarakat menjadi tujuan utama yang diutamakan.  Sebagaimana amant UU diatas “ Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.  Hahahaha sebuah impian kosong, tapi saya amini.


    Senin, 15 Juli 2013

    Jumat, 12 Juli 2013

    ******** HIKMAH RAMADHAN *********

                                                    
                                                           
                                                      
                                                        *** HIKMAH DI BALIK PUASA ***

    Para pembaca yang semoga selalu dirahmati oleh Allah Ta’ala. Kita sudah mengetahui bersama bahwa puasa Ramadhan itu diwajibkan bagi setiap muslim, yang baligh, berakal, dalam kondisi sehat, bermukim, serta suci dari haidh dan nifas. Lalu apa hikmah di balik melakukan ibadah puasa ini? Hikmahnya begitu banyak. Sebagian dari kalam ulama mengenai hikmah puasa Ramadhan, kami sarikan berikut ini.

    Menggapai Derajat Takwa

    Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al Baqarah: 183). Ayat ini menunjukkan bahwa di antara hikmah puasa adalah agar seorang hamba dapat menggapai derajat takwa dan puasa adalah sebab meraih derajat yang mulia ini. Hal ini dikarenakan dalam puasa, seseorang akan melaksanakan perintah Allah dan menjauhi setiap larangan-Nya. Inilah pengertian takwa. Bentuk takwa dalam puasa dapat kita lihat dalam berbagai hal berikut.

    Pertama, orang yang berpuasa akan meninggalkan setiap yang Allah larang ketika itu yaitu dia meninggalkan makan, minum, berjima’ dengan istri dan sebagainya yang sebenarnya hati sangat condong dan ingin melakukannya. Ini semua dilakukan dalam rangka taqorrub atau mendekatkan diri pada Allah dan meraih pahala dari-Nya. Inilah bentuk takwa.

    Kedua, orang yang berpuasa sebenarnya mampu untuk melakukan kesenangan-kesenangan duniawi yang ada. Namun dia mengetahui bahwa Allah selalu mengawasi diri-Nya. Ini juga salah bentuk takwa yaitu merasa selalu diawasi oleh Allah.

    Ketiga, ketika berpuasa, setiap orang akan semangat melakukan amalan-amalan ketaatan. Dan ketaatan merupakan jalan untuk menggapai takwa. (Periksa Taisir Karimir Rahman, ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di, hal. 86, Muassasah Ar Risalah, cetakan pertama, 1420 H)

    Hikmah di Balik Meninggalkan Syahwat dan Kesenangan Dunia

    Di dalam berpuasa, setiap muslim diperintahkan untuk meninggalkan berbagai syahwat, makanan dan minuman. Itu semua dilakukan karena Allah. Dalam hadits qudsi, Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku” (HR. Muslim no. 1151). Di antara hikmah meninggalkan syahwat dan kesenangan dunia ketika berpuasa adalah:

    Pertama, dapat mengendalikan jiwa. Rasa kenyang karena banyak makan dan minum, kepuasan ketika berhubungan dengan istri, itu semua biasanya akan membuat seseorang lupa diri, kufur terhadap nikmat, dan menjadi lalai. Sehingga dengan berpuasa, jiwa pun akan lebih dikendalikan.

    Kedua, hati akan menjadi sibuk memikirkan hal-hal baik dan sibuk mengingat Allah. Apabila seseorang terlalu tersibukkan dengan kesenangan duniawi dan terbuai dengan makanan yang dia lahap, hati pun akan menjadi lalai dari memikirkan hal-hal yang baik dan lalai dari mengingat Allah. Oleh karena itu, apabila hati tidak tersibukkan dengan kesenangan duniawi, juga tidak disibukkan dengan makan dan minum ketika berpuasa, hati pun akan bercahaya, akan semakin lembut, hati pun tidak mengeras dan akan semakin mudah untuk tafakkur (merenung) serta berdzikir pada Allah.

    Ketiga, dengan menahan diri dari berbagai kesenangan duniawi, orang yang berkecukupan akan semakin tahu bahwa dirinya telah diberikan nikmat begitu banyak dibanding orang-orang fakir, miskin dan yatim piatu yang sering merasakan rasa lapar. Dalam rangka mensyukuri nikmat ini, orang-orang kaya pun gemar berbagi dengan mereka yang tidak mampu.

    Keempat, dengan berpuasa akan mempersempit jalannya darah. Sedangkan setan berada pada jalan darahnya manusia. Sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Sesungguhnya setan mengalir dalam diri manusia pada tempat mengalirnya darah.” (HR. Bukhari no. 7171 dan Muslim no. 2174). Jadi puasa dapat menenangkan setan yang seringkali memberikan was-was. Puasa pun dapat menekan syahwat dan rasa marah. Oleh karena itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadikan puasa sebagai salah satu obat mujarab bagi orang yang memiliki keinginan untuk menikah namun belum kesampaian. (Disarikan dari Latho’if Al Ma’arif, Ibnu Rajab Al Hambali, hal. 276-277, Al Maktab Al Islamiy, cetakan pertama, 1428 H)

    Mulai Beranjak Menjadi Lebih Baik

    Di bulan Ramadhan tentu saja setiap muslim harus menjauhi berbagai macam maksiat agar puasanya tidak sia-sia, juga agar tidak mendapatkan lapar dan dahaga saja. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga saja.” (HR. Ath Thobroniy dalam Al Kabir dan sanadnya tidak mengapa. Syaikh Al Albani dalam Shohih At Targib wa At Tarhib no. 1084 mengatakan bahwa hadits ini shohih ligoirihi –yaitu shohih dilihat dari jalur lainnya)

    Puasa menjadi sia-sia seperti ini disebabkan bulan Ramadhan masih diisi pula dengan berbagai maksiat. Padahal dalam berpuasa seharusnya setiap orang berusaha menjaga lisannya dari rasani orang lain (baca: ghibah), dari berbagai perkaataan maksiat, dari perkataan dusta, perbuatan maksiat dan hal-hal yang sia-sia.

    Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta malah mengamalkannya, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan.” (HR. Bukhari no. 1903) Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Puasa bukanlah hanya menahan makan dan minum saja. Akan tetapi, puasa adalah dengan menahan diri dari perkataan lagwu dan rofats. Apabila ada seseorang yang mencelamu atau berbuat usil padamu, katakanlah padanya, “Aku sedang puasa, aku sedang puasa”.” (HR. Ibnu Majah dan Hakim. Syaikh Al Albani dalam Shohih At Targib wa At Tarhib no. 1082 mengatakan bahwa hadits ini shohih) Lagwu adalah perkataan sia-sia dan semisalnya yang tidak berfaedah. (Perkataan Al Akhfasy, Fathul Bari, 3/346, Mawqi’ Al Islam, Asy Syamilah) Sedangkan rofats adalah istilah untuk setiap hal yang diinginkan laki-laki pada wanita (Perkataan Al Azhari, Syarh Muslim, 5/13, Mawqi’ Al Islam, Asy Syamilah) atau dapat pula bermakna kata-kata kotor. (Syarh Muslim, 4/151)

    Jabir bin ‘Abdillah berkata, “Seandainya kamu berpuasa maka hendaknya pendengaranmu, penglihatanmu dan lisanmu turut berpuasa dari dusta dan hal-hal haram serta janganlah kamu menyakiti tetangga. Bersikap tenang dan berwibawalah di hari puasamu. Janganlah kamu jadikan hari puasamu dan hari tidak berpuasamu sama saja.”

    Itulah sejelek-jelek puasa yaitu hanya menahan lapar dan dahaga saja, sedangkan maksiat masih terus jalan. Hendaknya ketika berpuasa, setiap orang berusaha pula menahan anggota badan lainnya dari berbuat maksiat dan hal-hal yang sia-sia. Ibnu Rajab mengatakan, “Tingkatan puasa yang paling rendah adalah hanya meninggalkan minum dan makan saja.” (Latho’if Al Ma’arif, 277)

    Oleh karena itu, ketika keluar bulan Ramadhan seharusnya setiap insan menjadi lebih baik dibanding dengan bulan sebelumnya karena dia sudah ditempa di madrasah Ramadhan untuk meninggalkan berbagai macam maksiat. Orang yang dulu malas-malasan shalat 5 waktu, seharusnya menjadi sadar dan rutin mengerjakannya di luar bulan Ramadhan. Juga dalam masalah shalat Jama’ah bagi kaum pria, hendaklah pula dapat dirutinkan dilakukan di masjid sebagaimana rajin dilakukan ketika bulan Ramadhan. Begitu pula dalam bulan Ramadhan banyak wanita muslimah yang berusaha menggunakan jilbab yang menutup diri dengan sempurna, maka di luar bulan Ramadhan seharusnya hal ini tetap dijaga. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “(Ketahuilah bahwa) amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah amalan yang kontinu (ajeg) walaupun sedikit.” (HR. Abu Daud, An Nasa’i, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah. Syaikh Al Albani dalam Shohihul Jami’ no. 1228 mengatakan hadits ini shohih) Para ulama seringkali mengatakan, “Sejelek-jelek kaum adalah yang mengenal Allah (rajin ibadah, -pen) hanya pada bulan Ramadhan saja.”

    Penutup

    Inilah beberapa hikmah syar’i yang luar biasa di balik puasa Ramadhan. Oleh karena itu, para salaf sangatlah merindukan bertemu dengan bulan Ramadhan agar memperoleh hikmah-hikmah yang ada di dalamnya. Sebagian ulama mengatakan, “Para salaf biasa berdoa kepada Allah selama 6 bulan agar dapat berjumpa dengan bulan Ramadhan. Dan 6 bulan sisanya mereka berdoa agar amalan-amalan mereka diterima”. (Latho-if Al Ma’arif, 369)

    Adapun hikmah puasa yang biasa sering dibicarakan sebagian kalangan bahwa puasa dapat menyehatkan badan (seperti dapat menurunkan bobot tubuh, mengurangi resiko stroke, menurunkan tekanan darah, dan mengurangi resiko diabetes -lihat http://swaramuslim.net/), maka itu semua adalah hikmah ikutan saja dan bukan hikmah utama. Sehingga hendaklah seseorang meniatkan puasanya untuk mendapatkan hikmah syar’i terlebih dahulu dan janganlah dia berpuasa hanya untuk mengharapkan nikmat sehat semata. Karena jika niat puasanya hanya untuk mencapai kenikmatan dan kemaslahan duniawi, maka pahala melimpah di sisi Allah akan sirna walaupun dia akan mendapatkan nikmat dunia atau nikmat sehat yang dia cari-cari.

    Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat.” (QS. Asy Syuraa: 20) Ibnu ‘Abbas mengatakan, “Barangsiapa yang melakukan amalan puasa, amalan shalat atau amalan shalat malam namun hanya ingin mengharapkan dunia, maka balasan dari Allah: “Allah akan memberikan baginya dunia yang dia cari-cari. Namun amalannya akan sia-sia (lenyap) di akhirat nanti karena mereka hanya ingin mencari keuntungan dunia. Di akhirat, mereka juga akan termasuk orang-orang yang merugi”.” (Periksa Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 4/311, Dar Thoyibah, cetakan kedua 1420 H)

    Sehingga yang benar, puasa harus dilakukan dengan niat ikhlas untuk mengharap wajah Allah. Sedangkan nikmat kesehatan, itu hanyalah hikmah ikutan saja dari melakukan puasa, dan bukan tujuan utama yang dicari-cari. Jika seseorang berniat ikhlas dalam puasanya, niscaya nikmat dunia akan datang dengan sendirinya tanpa dia cari-cari. Ingatlah selalu nasehat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Barangsiapa yang niatnya adalah untuk menggapai akhirat, maka Allah akan memberikan kecukupan dalam hatinya, Dia akan menyatukan keinginannya yang tercerai berai, dunia pun akan dia peroleh dan tunduk hina padanya. Barangsiapa yang niatnya adalah untuk menggapai dunia, maka Allah akan menjadikan dia tidak pernah merasa cukup, akan mencerai beraikan keinginannya, dunia pun tidak dia peroleh kecuali yang telah ditetapkan baginya.” (HR. Tirmidzi no. 2465. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih. Lihat penjelasan hadits ini di Tuhfatul Ahwadzi, 7/139)

    Adapun hadits yang mengatakan, “Berpuasalah, niscaya kalian akan sehat.” Perlu diketahui bahwa hadits semacam ini adalah hadits yang lemah (hadits dho’if) menurut ulama pakar hadits. (Al Hafzih Al ‘Iroqiy dalam Takhrij Al Ihya’ (3/75) mengatakan bahwa hadits ini diriwayatkan oleh Ath Thobroniy dalam Al Awsath, Abu Nu’aim dalam Ath Thib An Nabawiy dari hadits Abu Hurairah dengan sanad yang lemah (dho’if). Syaikh Al Albani dalam Silsilah Al Hadits Adh Dho’ifah (1/420) mengatakan bahwa hadits ini dho’if)

    Semoga Allah menerima setiap amalan kita di bulan Ramadhan dan menjadikan kita insan yang lebih baik dari bulan-bulan sebelumnya. Semoga Allah memberikan kita petunjuk, ketakwaan, sikap menjauhkan diri dari hal-hal haram dan memberikan kita kecukupan. Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat. [Muhammad Abduh Tuasikal] 


    Manfaat puasa ramadhan bagi umat Islam tentunya banyak. Baik itu manfaat puasa bagi kesehatan fisik maupun kesehatan jiwa kita. Karena tentunya ketika syariat Islam ada, banyak hikmah di balik itu semuanya. Termasuk juga mengenai hikmah keutamaan puasa Ramadhan bagi kita umat Islam yang wajib untuk dilaksanakan bila tidak ada halangan rintangan ketika menjalaninya. Karena memang hukum puasa Ramadhan adalah wajib. Apalagi kita sudah kian mendekati Ramadhan 1434 H yang tinggal menunggu hitungan hari lagi.

    Ramadhan adalah merupakan bulan yang banyak mengandung hikmah serta keutamaannya. Sesungguhnya sudah seharusnya orang Islam dan beriman akan gembira ketika menyambut datangnya bulan suci Ramadhan ini. Bukan saja telah diarahkan menunaikan ibadah selama sebulan penuh dengan balasan pahala yang berlipat ganda, di dalam bulan Ramadhan Allah Ta'ala juga telah menurunkan kitab suci al-Quranul-karim, yang menjadi petunjuk bagi seluruh manusia di alam semesta ini dan juga untuk membedakan antara yang benar dengan yang salah.

    Kewajiban menjalankan ibadah puasa Ramadhan ini telah Allah Ta'ala perintahkan dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 183 yang artinya :"Wahai orang-orang yang beriman ! Diwajibkan kepada kamu puasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang yang sebelum kamu, supaya kamu menjadi orang-orang yang bertaqwa." Jadi tujuan puasa Ramadhan adalah agar kita menjadi orang-orang yang bertakwa dengan sesungguhnya. Yaitu menjalankan apa yang diperintahNya serta menjauhi segala apa yang dilarangNya.

    Manfaat Hikmah Puasa Ramadhan

    Kita mengulang kembali dengan pengertian puasa yang pernah diulas dalam manfaat puasa bagi kesehatan yaitu yang dimaksud dengan berpuasa menurut syariat Islam ialah menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkan puasa (seperti halnya makan, minum, hubungan kelamin, dan sebagainya) semenjak mulai terbitnya fajar sampai dengan terbenamnya matahari, disertai dengan niat iklhas ibadah kepada Allah, karena mengharapkan ridho-Nya serta menyiapkan diri dalam rangka meningkatkan ketakwaan.

    Berikut beberapa manfaat puasa Ramadhan yaitu :

    Dengan berpuasa Ramadhan selama 1 bulan penuh maka hal ini secara tidak langsung manfaat bagi kesehatan adalah mengistirahatkan organ pencernaan kita serta juga perut dari kelelahan bekerja yang terus menerus dalam 11 bulan, dan juga membantu mengeluarkan sisa makanan dari dalam tubuh, memperkuat badan.
    Membersihkan tubuh dari racun serta kotoran (detoksifikasi). Puasa merupakan terapi detoksifikasi yang paling tua. Dengan berpuasa pada bulan suci Ramadhan, maka ini berarti kita juga akan membatasi kalori yang masuk dalam tubuh kita yang mana hal ini akan bermanfaat dalam proses metabolisme yang menghasilkan enzim antioksidan yang berfungsi salah satunya untuk membersihkan zat-zat yang bersifat racun dari dalam tubuh.
    Bagi kesehatan psikologis kita faedah puasa akan kita dapatkan yaitu kondisi mental emosi kita akan lebih terjaga dan terkontrol dengan lebih baik lagi. Keadaan ini akan membantu dalam penurunan tingkat adrenalin dalam tubuh. Yang mana adrenalin juga menambah pembentukan kolesterol dari lemak protein berkepadatan rendah. Berbagai hal tersebut ternyata dapat meningkatkan resiko penyakit pembuluh darah, jantung dan otak seperti jantung koroner, stroke dan lainnya.
    Puasa bagi kesehatan akan memberikan manfaatnya antara lain adalah bisa membantu dalam proses menurunkan kadar gula darah, kolesterol dan juga mengendalikan tekanan darah. Itulah mengapa dalam satu sisi, puasa sangat dianjurkan bagi perawatan mereka yang menderita penyakit diabetes, kolesterol tinggi, kegemukan dan darah tinggi. Tentunya hal ini juga harus dikonsultasikan terlebih dahulu dengan tim medis yang berkompeten bila anda adalah mempunyai suatu jenis penyakit tertentu.

    Selain manfaat puasa ramadhan bagi kesehatan yang akan kita peroleh bila kita benar-benar menjalankan rukun dan syarat puasa yang benar, maka kita juga akan banyak mendapatkan hikmah bulan Ramadhan itu sendiri.

    Dan berikut adalah beberapa hikmah bulan Ramadhan yaitu :

    Salah satu dari hikmah keutamaan puasa ramadhan ini bagi Umat Islam adalah akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. Hal ini berdasarkan sebuah dalil hadist yang berbunyi :"Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan dengan penuh iman dan mencari ridha Allah, maka ia akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu."(Hadits Mutafaqun ‘Alaih).
    Meningkatkan rasa syukur kita terhadap banyaknya nikmat yang telah Allah Ta'ala anugerahkan kepada kita semuanya. Hal ini bisa kita lakukan dengan melakukan berbagai amalan kebaikan dalam bulan ramadhan seperti contohnya bersedekah kepada orang-orang fakir pada bulan Ramadhan mulia ini, Banyak memberi dan jadilah seseorang yang memberikan pemberian orang yang tidak takut miskin. Berderma dengan harta dan kebaikan kepada saudara-saudaramu yang membutuhkan, dan menjadi orang yang mensyukuri nikmat Allah.
    Ikut merasakan apa yang dirasakan oleh orang yang kurang berkecukupan. Dalam puasa kita tentu merasa lapar dan dahaga, mengingatkan kita betapa menyedihkannya nasib orang yang tidak berpunya. Mungkin kita hanya beberapa jam saja, lalu kita bisa berbuka puasa, sedangkan mereka yang miskin tak berpunya bisa saja puasa sepanjang siang dan malam. Tentu ini membuat kita menjadi lebih bersyukur kepada Allah atas semua nikmat yang diberikanNya.
    Melatih diri kita pribadi khususnya untuk menyeimbangkan urusan dunia dan akhirat. Jika pada 11 bulan yang lalu kita sering melalaikan Allah untuk hal-hal yang bersifat duniawi, ini saatnya kita menata diri dalam beribadah kepadaNya, supaya tercapai keseimbangan kehidupan dunia dan akhirat. Ibadah dan pekerjaan dunia haruslah seimbang, sehingga kita menjadi manusia yang seutuhnya yang banyak memberikan kebaikan kepada banyak manusia.
    Puasa akan membiasakan umat Islam untuk hidup disiplin, bersatu, cinta keadilan dan persamaan, juga melahirkan perasaan kasih sayang dalam diri orang-orang beriman dan mendorong mereka berbuat kebajikan.

    Marhaban Ya Ramadhan. Bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh dengan barakah. Pada bulan suci ini pintu surga dibuka selebar-lebarnya dan pintu neraka ditutup serapat-rapatnya. Pada bulan kemuliaan Ramadhan ini setan-setan dibelenggu.

    Kamis, 11 Juli 2013

    BANTUAN SISWA MISKIM (BSM) TAHUN 2013

    KAMI UMUMKAN UNTUK SEGENAP PENGELOLA RA DAN MADRASAH SE KABUPATEN BANGKALAN BAHWA PENCAIRAN DAN PELAKSANAAN PROGRAM BANTUAN SISWA MISKIN (BSM) AKAN MERUJUK PADA SURAT KEPUTUSAN  DIRJEN PENDIS   NOMOR  :508 TAHUN 2013 .
    PEDOMAN BISA DI LIHAT PADA  TAUTAN BERIKUT  :
    ADAPUN FORMAT DAN KUOTA MASING-MASING-MASING MADRASAH DAPAT DILIHAT PADA  TAUTAN BERIKUT  :

    Rabu, 10 Juli 2013

    TAFSIR SURAT AL-MAIDAH AYAT 90 - 91

    بسم الله الرحمن الرحيم
    يآايهاالذينء آمنوإانماالخمروالميسررجس من عمل الشيطان فاجتنبوه لعلكم تفلخون(90)إنمايريدالشيطان أن يوقع بينكم العداوةوالبغضاءفي الخمر والميسرويصدكم عن ذكرالله وعن الصلاة فهل أنتم منتهون(91(

    تفسير هذه السورة

    قال القرطوبي في تفسيره ج 3ص51:
    والخمر مأخوذة من خمر, إذا ستر ومنه خمارالمرأةلأنه يستر وجهها. وكل شيء غطى شيئا فقد خمره. ومنه: خمرواآنيتكم أي: غطوها. وقيل:إنما سميت الخمر خمرا،لأنها تركت حتى أدركت كما يقال: قد اختمر العجين،أي: بلغ إدركه. وخمر الرأي ، أي ترك حتى يتبين فيه الوجه. وقيل: إنما سميت الخمر خمرا،لأنها تخا لط العقل.من المخا مرة وهي المخا لطة. ومنه قولهم: دخلت في خما رالناس-بفتح الخاء وضمها- أي: اختلط بهم.فالمعاني الثلا ثة متقاربة, فالخمرتركت حتى أدركت،ثم خالطت العقل،ثم خمرته والأصل الستر. والميسر:القمار-بكسرالقاف-وهو في الأصل مصدر ميمي من يسر كالموعد من وعد.وهو مشتق من اليسر بمعنى السهولة،لأن المال يجيء للكاسب من غير جهد،أو هو مشتق من يسر بمعنى جزأ،ثم أصبح علماعلى كل ما يتقامر عليه كالجزور ونحوه.
    وقال الفضيلة الإمام الأكبر سيد طنطاوي شيخ الأزهر في التفسير الوسيط:
    والمراد بالميسرمايشمل كل كسب يجيء بطريق الحظ المبني على المصادفة فاللعب بالنرد على مال يسمى قمارا،واللعب بالسطرنجع على مال يسمى قمارا وهكذا ما يشبه ذلك من الوان تمليك المال بالخاطرة وبطريق الحظ المبنى على المصادفة. وتحريم الميسير تحريم لذات الفعل. فالعمل فى ذاته حرام،والكسب عن طريقه حرام. والأنصاب جمع نصب،وتطلق على الأصنام التي كانت تنصب للعبادة لها اوعلى الحجارةالتي كانت تخصص للذبح عليها تقربا للأصنام. والأزلام جمع زلم.وهي السهام التي كانوا يتقاسمون بهاالجزورأوالبقرة إذا ذبحت. فسهم عليه واحد، وسهم اثنان وهكذا إلى عشرة.أو هي السها م التي كانوا يكتبون أحدها:أمرني ربي والآخرنهاني ربي ، ويتركون الثالث غفلا من الكتابة فإذا ارادوا سفرا أو حربا أوزواجا اوغير ذلك أتوا إلى بيت الأصنام واستقسموها ، فإن خرج أمرني ربي أقدمواعلى ما يرونه، فإن خرج نهاني ربي أمسكوا عنه، وإن خرج الغفل أجالوها حتى يخرج الأمر أوالنهي. وقد نهى الله-تعالى-في أوائل هذه السورة عن الأستقسام بالأزلام فقال (وأنتستقسموا بالأزلام ذلكم فسق)المائده الاية 3. وقوله (رجس) أي قذر تأباه النفوس الكريمة والعقول السليمة لقذراته ونجاسته.
    وقال الفخر الرازي في تفسيره ج 12 ص 79: والرجس في اللغة كل ما استقذر من عمل. يقال: رجس الرجل رجسا إذا عمل عملا قبيحا.وأصله منالرجس-بفتح الراء-وهو شدة الصوة. يقال: سحاب رجاس إذا كان شديد الصوت بالرعد. فكأن الجس هو العمل الذي يكون قوي الدرجة كامل الرتبة في القبح.وقد ذكر الفضيلة الأمام الأكبر الدكتور سيد طنطاوي شيخ اللأزهر-حفظه الله –في تفسيره نقلا عن تفسير ابن جريرالطباري: وقد ذكر المفسرون في سبب نزول هذه الآية روايات منها ما أخرجه ابن جرير عن ابن عباس قال: نزل تحريم الخمر في قبيلتين من قبائل الأنصار. شربوا حتى ثملوا،فعبث بعضهم ببعض، فلما أن صحوا، جعل الرجل منهم يرى الأثر بوجهه ولحيته فيقول: فعل هذا بي أخي فلان-وكانوا إخوة ليس في قلوبهم ضغائن- والله لو كان بي رؤوفا رحيما ما فعل بي هذا، حتى وقعت في قلوبهم الضغائن فأنزل الله : (ياءيها الذين آمنوا إنما الخمر والميسر) إلى قوله تعالى:(فهل أنتم منتهون)
    وذكرالفضيلة الامام الأكبر محمدسيد طنطاوي شيخ الأزهر-حفظه الله-تفسير هاتين آيتين في تفسيره ج4 ص 276 وقال: والمعنى (ياءيها الذين ءمنوا) أي إيمانا حقا.إنما تعاطى (الخمر) أي: الشراب الذي يخامر العقل ويخالطه ويمنعه من التفكير السليم (والميسر) أي القمار الذي عن طريقه يكون تمليك المال بالحظ المبني على المصادفة والمخاطرة(واللأنصاب) أي: الحجارة التي تذبح عليها الحياونات تقربا للأصنام. (والأزلام) أي: السهام التي عن طريقها يطلب الشخس معرفة ما قسم له من خيرأو شر.هذه الأنواع ألأربعة (رجس من عمل الشيطان) أي: مستقدرة تعافها النفوس الكريمة. وتأباها العقول السليمة،لأنها من تزيين الشيطان الذي هو عدو للإنسان، ولا يريد له إلا ما كان شيئا قبيحا. قال تعالى : (الشيطان يعدكم الفقر ويأمركم بالفحشاء) البقرة 268 . والفاء في قوله-تعالى-(فاجتنبوه) للإفصاح، والضمير فيه يعود على الرجس الي هو خبر عن تلك الأمور الأربعة وهي الخمر والميسروالنصاب والأزلام. أي : إذا كان تعاطى هذه الأشياء الأربعة رجسا و قذرا ينأى عنه العقلا، فاجتنبوه لعلكم بسبب هذا الإجتناب والترك لذلك الجس تنالون الفلاح والظفر في دنياكم وآخرتكم. والنداء بقوله-تعالى-(ياءايها الذين آمنوا) عام لجميع المؤمنين، وقد نادهم-سبحانه-بهذه الصيغة لتحريك حرارة العقيدة في قلوبهم حتى يستجيبوا لما نودوا من أجله، وهو اجتناب تلك الرذائل وتركها تركا تاما. وقوله (رجس) خبر عن هذه الرذائل الأربعة. وصح الإخباربه-مع أنه مفرد-عن متعدد هو هذه الأربعة،لأنه مصدر يستوى فيه القليل والكثيروشبيه بذلك قوله-تعالى-(إنما المشركون نجس). و قيل: لأنه خبرعن الخمر، و خبرالمعطوفات عليها محوف ثقة بالمذكور. وقيل: لأن الكلام مضافا إلى تلك الأشاء، وهو خبر عنه. أي: إنماشأن هذه الأشياء أو تعاطيها رجس. وقوله : ( من عمل الشيطان في محل رفع على أنه صفة لقوله تعالى : ( رجس ) أي رجس كائن من عمل الشيطان لأنه ناجم عن تزيينه وتسويله إذ هو خبيث والخبيث لا يدعو إلا إلى الخبيث فالمراد من إضافة العمل إلى الشيطان المبالغة في كمال قبح ذلك العمل.وعبر بقوله : ( فاجتنبوه ) للمبالغة في الأمر بترك هذه الرذائل فكأنه سبحانه وتعالى يقول : لا أمركم فقط بترك الرذائل بل أمركم أيضا بان تكونو أنتم في جانب وهذه المنكرات في جانب أخر. فالامر هنا منصب على الترك وعلى كل ما يؤذي إلى اقتراف هذه المنكرات كمخالطة المرتكبين لها. وغيشيان مجالسها ثم أكد سبحانه تحريم الخمر والميسر ببيان مفاسدهما الدنياوية والدينية فقال تعالى : ( إنما يريد الشيطان أن يوقع بينكم العداوت والبغضاء في الخممر والميسر ويصدكم عن ذكر الله وعن الصلوة فهل أنتم منتهون ) أي ( إنما يريد الشيطان ) بتزيينه المنكرات لكم ( أي يوقع بينكم العداوت والبغضاء ) بان يقطع ما بينكم كم صلات ويثير في نفوسكم الأحقاد والضغائن بسبب تعاطيكم للخمر والميسر, وذلك لأن شارب الخمر غذا ما استولت الخمر على عقله أزالت رشده وأفقدته وعيه وتجعله قد يسيئ إلى من أحسن إليه ويعتدي على صديقه وجليسه وذلك يورث أشد ألوان العداوة والبغضاء بين الناس. فقوله تعالى: (إنما يريد الشيطان أن يوقع بينكمالعداوة والبغضاء في الخمروالميسر) إاشارة إلى مفاسدهما الدنيوية. أما مفاسدها الدينية فقد أشار إليها بحانه بقوله (ويصدكم عن ذكر الله وعن الصلاة). أي: ويريد الشيطان بسبب تعاطيكم للخمر والميسر أن يصدكم أي يشغلكم ويمنعكم (عن ذكر الله) أي عن طاعطه ومراقبته والتقرب إليه (وعن الصلاة) التي هي الركن الثاني من أركان الإسلام. وذلك لأن شارب الخمر يمنعه ما حل به من نشوة كاذبة،زمن فقدان لرشده عن طا عة الله و عن اداء ما أوجبه عليه من صلاة وغيرها. ولأن متعاطى الميسر بسبب استحلاله لكسب المال عن هذه الطريق الخبيث، و يسبب فقدانه للعاطفة الدينية صار لا يفكر في القيام بما أوجبه الله عليه من عبادات. ونقل-حفظه الله-عن تفسير الآلو سى ونقل حفظه الله تعالى عن الالوسي ج 7 ص 16 فقد قال : عند تفسيره الجملة الإعتراضية رحمه الله لهذه الأية : ووجه صد الشيطان لهم عن ذكر الله وعن الصلاة بسبب تعاطيهم للخمر والميسر أن الخمر لغلبة السرور والطرب على النفوس بها. والإستغراق في الملاذي الجسمنية تلهى عن ذكر الله تعالى وعن الصلاة وأن الميسر إن كان اللاعب به غالبا إن شرحت نفسه وصده حب الغلب والقهر والكسب عما ذكر وإن كان مغلوبا حصل له من الإنقباظ والقهر ما يحثه الإحتيال لأن يصير غالبا فلا يخطر في قلبه غير ذلك ولقد شاهدنا كثيرا ممن يلعب بسطرنج يجري بينهم من اللجاج والحلف الكاذب والغفلة عن ذكر الله تعالى ما ينفر منه الفيل وتقبل له الفرس ويحار لشناعته الفهم وتسود رقعة الأعمال
    وقال فضيلة الإمام الأكبر في تفسيره : وجمع سبحانه الخمر والميسر مع الأنصاب والأزلام في الأية الـأولى ثم أفردهما في ذكر هذه الأية لأن الخطاب للمؤمنين والمقصود نهيهم عن الخمر والميسر وإظهار أن هذه الأربعة متقاربة في القبح والمفسدة أي أن مجيئ الأنصاب والأزلام مع الخمر والميسر إنما هو لتقبيح تعاطيهما وتأكيد حرمتهما حتى لك أن متعاطي الخمر والميسر يفعل أفعال الجاهلية وأهل الشرك بالله تعالى وكأنه كما يقول صاحب الكشاف الشيخ الزمخشري لا يمباينة بين من عبد صنما وأشرك بالله في علم الغيب وبين من شرب خمرا أو قامر. و خص الصلاة با لذكر مع أنها لون من ألوان ذكر الله، تعظيما لشأنها، كما هو الحال في كرالخاص بعد العام، وإشعارا بأن الصاد عنها كا الصاد عن الإيمان.لما أنها عمادالدين والفارق بين المسلم والكافر. والإستفهام في قوله (فهل أنتم منتهون) لإنكار استمرارهم على الخمر والميسر بعد أن بين لهم ما بين مضارهما الدنيوية و الدينية ولحضهم على ترك تعا طيهما فورا. أي انتهوا سريعاعنهما فقد بينت لكم ما يدعو إلى ذلك.

    BISMILLAHIRROHMANIROOHIM

    "Wahai orang2 yang beriman sesungguhnya minuman keras, judi,berkurban untuk berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah adalah termasuk perbuatan keji dan termasuk perbuatan setan maka jauhilah perbuatan2 itu agar kamu beruntung(90) Dengan minuman keras dan judi itu, setan hanyalah bermaksud menimbulkan permusuhan dan kebencian diantara kamu dan menghalang-halangi kamu dari mengingat Alloh dan melaksanakan sholat maka tidakkah kamu berhenti?

    Imam Qurtubi dalam kitab tafsirnya berkata : kata الخمر diambil dari kata خمر yang juga bermakna ستر yang berarti menutupi, dan kata خمر juga diambil dari خمارالمرأة yaitu penutup kepala wanita di namakan khumar karena khumar menutupi wajah wanita. maka segala sesuatu yang menutupi sesuatu yang lain juga bisa dikatakan khamr,bagian dari penggunaan kata khamr yang berarti bermakna menutupi adalah kata خمرواآنيتكم yang bermakna tutuplah bejana2 kalian, yang juga bermakna غطواها. Dikatakan juga bahwa dinamakan khamr karena sesuatu itu dibiarkan dan ditinggalkan sampai diketahui hasilnya,seperti ungkapan قد اختمرالعجين adonan itu menjadi masam atau dalam makna lain telah diketahui hasilnya.وخمر الرأي pendapat itu diabaikan atau pendapat itu diabaikan sampai jelas bukti dari pendapat tersebut. Dikatakan juga bahwa al-khamru dinamakan khamr karena khamr mencampuri akal, diambil dari kata المخامرة yang bermakna المخالطة yaitu percampuran,perkumpulan. Dan kata khamr yamh berarti bermakna campur atau kumpulan adalah ungkapan orang2 arab دخلت في خمار الناس yang artinya saya masuk ke kumpulan manusia lafadz خمارbisa dibaca dengan memfathah huruf kho dan mendhomahnya,yang juga bermakna اختلطت بهم yang artinya saya bergaul dengan manusia. Maka 3 ungkapan tentang makna khamr adalh berdekatan 3 makna tersebut adalah ستر،ترك،تخالط . maka khamr itu ditinggalkan sampai diketahui kemudian mencampuri akal yang kemudian menutupinya yang asal dari kata السنر berarti menutup. الميسر juga bermakna القمار dengan membaca kasroh qofnya yang bermakna judi. Kata الميسر adalah bentuk kata benda (masdar)dari kata kerja يسر yang seperti الموعد diambil dari kata وعدkata يسر diambil dari kata اليسر yang berarti السهولة yang berarti kemudahan, karena harta yang datang kepada orang yang berjudi datang tanpa disertai dengan usaha. Atau diambil dari kataجزأmembagi, kemudian menjadi isim alam atas tiap2 sesuatu yang dipertaruhkan seperti binatang yang disembelih dan sejenisnya. Syaikhul azhar Fadhilatud duktur Sayid tontowi dalm kitab tafsirnya berkata: maka makna dari kata الميسر adalah mencakup segala harta yang datang dengan jalan keberuntungan atau tak terduga maka permainan dadu dengan uang dinamakan judi, dan permainan catur dengan uang juga bisa dikatakan judi begitu juga memperoleh harta dengan cara seperti diatas seperti memperoleh harta dengan jalan taruhan atau dengan jalan keberuntungan yang tidak terduga. Dan pengharaman judi adalah pengharaman karena jenis perbuatannya,maka melaksanajannya adalah haram dan mencari harta dengan cra berjudi juga haram. Kata الأنصاب adalah jamak dari kata نصب yaitu berkurban untuk berhala atau menyembelih kurban diatas batu sebagai cara untuk mendekatkan diri pada berhala. الأزلم jamak dari زلم


    ( رجس ) ya'ni suatu yang menjijikkan, yang tidak disukai hati yang mulya atau akal yang sehat dikarnakan menjijikkan atau najis.
    Sedangkan menurut imam al- Razi رجس menurut bahasa adalah setiap perkara yang dianggap tidak layak dari setip perbuatan. Dikatakanرجس الرجل رجسا apabila dia mengerjakan suatu yang tidak layak dikerjakan. Dan kalimat diatas diambil dari kata رجس dengan dibaca fathah Ra'nya yang artinya, suara yang keras. Dikatakan سحاب رجاس bila mendung itu disertai dengan petir yang suaranya keras

    Sedangkan penyebab turunnya ayat ini terdapat banyak riwayat yang telah disebutkan oleh para Mufassir dan diantaranya adalah : riwayat yang berada didalam kitab Shohih Muslim dari Sa'ad Bin Abi Waqas, beliau berkata: turun beberapa ayat untukku, beliau berkata dalam riwayat ini : " aku mendatangi golongan dari kaum Anhsor, kemudian golongan Anshor memanggilku " hai Sa'ad kesini makan, minum ini khomar kami persembahkan untuk kamu, dan kejadian ini terjadi sebelum khomer diharamkan, beliu meneruskan riwayatnya , " kemudian aku mendatangi mereka kaum Ansor di suatu perkebunan di sana aku temukan kepala Sapi yang sudah dipanggang, dan minuman dari khomer, beliua meneruskan riwayatnya kembali " kemudian aku makan dan minum bersama mereka " di tempat itu aku mengatakan : " kaum Muhajirin itu lebih begus dari pada kaum Anshor, kemudian satu di antara mereka kaum Anshor datang menghampiri aku dan memukulku hingga hidungku terluka, kemudian aku mendatangi Rasulullah mengabarkan kejadian yang menimpaku tersebut, kemudian turunlah ayat di atas

      ياأيها الذين أمنوا إنما الخمر والميسر والأنصاب والأزلام رجس من عمل الشيطان فاجتنبوه 

    HADITs ARBAIN NAWAWI (X) : MAKANLAH DARI RIZKI YANG HALAL

    HADITS KESEPULUH
    عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ اللهَ تَعَالَى طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ إِلاَّ طَيِّباً، وَإِنَّ اللهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِيْنَ بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِيْنَ فَقَالَ تَعَالَى : ,يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحاً - وَقاَلَ تَعَالَى : , يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ - ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيْلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ ياَ رَبِّ يَا رَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِّيَ بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لَهُ .
    [رواه مسلم]
    Terjemah hadits /  ترجمة الحديث :
    Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu dia berkata : Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : Sesungguhnya Allah ta’ala itu baik, tidak menerima kecuali yang baik. Dan sesungguhnya Allah memerintahkan orang beriman sebagaimana dia memerintahkan para rasul-Nya dengan firmannya : Wahai Para Rasul makanlah yang baik-baik dan beramal shalihlah. Dan Dia berfirman : Wahai orang-orang yang beriman makanlah yang baik-baik dari apa yang Kami rizkikan kepada kalian. Kemudian beliau menyebutkan ada seseorang melakukan perjalan jauh dalam keadaan kumal dan berdebu. Dia memanjatkan kedua tangannya ke langit seraya berkata : Yaa Robbku, Ya Robbku, padahal makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan kebutuhannya dipenuhi dari sesuatu yang haram, maka (jika begitu keadaannya) bagaimana doanya akan dikabulkan.
    (Riwayat Muslim).
    Pelajaran :
    1.     Dalam hadits diatas terdapat pelajaran akan sucinya Allah ta’ala dari segala kekurangan dan cela.
    2.     Allah ta’ala tidak menerima kecuali sesuatu yang baik. Maka siapa yang bersedekah dengan barang haram tidak akan diterima.
    3.     Sesuatu yang disebut baik adalah apa yang dinilai baik disisi Allah ta’ala.
    4.     Berlarut-larut dalam perbuatan haram akan menghalangi seseorang dari terkabulnya doa.
    5.     Orang yang maksiat tidak termasuk mereka yang dikabulkan doanya kecuali mereka yang Allah kehendaki.
    6.     Makan barang haram dapat merusak amal dan menjadi penghalang diterimanya amal perbuatan.
    7.     Anjuran untuk berinfaq dari barang yang halal dan larangan untuk berinfaq dari sesuatu yang haram.
    8.     Seorang hamba akan diberi ganjaran jika memakan sesuatu yang baik dengan maksud agar dirinya diberi kekuatan untuk ta’at kepada Allah.
    9.     Doa orang yang sedang safar dan yang hatinya sangat mengharap akan terkabul.
    10.   Dalam hadits terdapat sebagian dari sebab-sebab dikabulkannya do’a : Perjalanan jauh, kondisi yang bersahaja dalam pakaian dan penampilan dalam keadaan kumal dan berdebu, mengangkat kedua tangan ke langit, meratap dalam berdoa, keinginan kuat dalam permintaan, mengkonsumsi makanan, minuman dan pakaian yang halal.

    Senin, 08 Juli 2013

    WUJUD DAN BENTUK KECERDASAN BERSYUKUR

    Nikmat dan karunia Allah yang diberikan kepada umat-Nya, termasuk kepada bangsa ini, sungguh tak terbatas dan tidak akan pernah bisa dihitung tuntas. Namun, hari demi hari, waktu demi waktu, tampaknya warga bangsa ini, termasuk para pemimpinnya, tidak kunjung cerdas dalam mensyukuri nikmat-Nya. Para pemimpin yang sudah bergelimang dengan fasilitas mewah ternyata masih mengeluh dan mengeluh.

    Secara psikologis, orang yang mengeluh itu pertanda sedang menderita sakit. Orang yang banyak mengeluh itu pada dasarnya terkena gangguan mental. Sebaliknya, orang yang banyak bersyukur itu pertanda sedang dalam keadaan sehat. Karena itu, bersyukur itu hanya bisa dilakukan oleh orang yang sehat rohaninya.

    Menurut Ibn al-Qayyim dalam kitabnya, Madarij as-Salikin, syukur itu tampak pada bibir hamba dengan mengakui dan memuji keagungan Tuhannya, dalam hatinya dengan semakin meyakini dan mencintai-Nya, dan pada anggota badannya dengan semakin tunduk, khusyuk, dan taat kepada-Nya.

    Cerdas bersyukur ada tiga hal. Pertama, mengakui (i’tiraf) nikmat pemberian Allah dalam hatinya. Hati yang cerdas dan ikhlas tidak akan pernah berdusta terhadap segala anugerah yang diberikan oleh-Nya. Bersyukur harus dimulai dari kesucian hati untuk mengakui sifat Allah yang Maharahman dan Rahim. Melalui pengakuan tulus ini, hamba belajar menjadi pengasih dan penyayang serta tidak menyia-nyiakan kasih sayang-Nya.

    Kedua, memuji Sang Pemberi Nikmat (Mun’im) dan membagi pemberian itu dalam bentuk perkataan dan pembaruan (tahdits) maupun perbuatan dan keteladanan (QS ad-Dhuha [93]: 11). Bersyukur bukan sekadar mengucapkan alhamdulillah, melainkan juga harus disertai dengan pendayagunaan kenikmatan itu sesuai dengan tujuan diberikannya nikmat itu.

    Ketiga, menundukkan kenikmatan (taskhir al-ni’am) untuk ketaatan, bukan untuk kemaksiatan. Diberi indera pendengaran disyukuri dengan selalu mendengarkan yang positif. Mata dimanfaatkan untuk melihat yang baik-baik. Akal dimanfaatkan untuk berpikir positif dan kreatif. Kesehatan untuk kebaikan dan kemaslahatan. Diamanati jabatan sebagai pemimpin, bisa dijalankan dengan penuh tanggung jawab dan kejujuran.

    Jadi, cerdas bersyukur itu membuahkan ketaatan sekaligus kenikmatan. “Melaksanakan shalat itu bersyukur, berpuasa juga bersyukur, dan melaksanakan segala kebaikan karena mengharap rida Allah adalah syukur. Syukur yang paling utama adalah memuji Sang Pemberi Nikmat.” (HR Ibnu Jarir).

    Cerdas bersyukur merupakan salah satu kunci kesuksesan hidup. Orang yang bersyukur pasti berusaha menjadikan kualitas hidupnya meningkat atau menjadi lebih baik. (QS Ibrahim [14]: 7).


    Orang yang bersyukur akan senantiasa melihat segala hal secara jernih, objektif, cerdas, dan penuh kebersyukuran sehingga hatinya tenang, tidak waswas, tidak merasa ada ancaman atau biasa-biasa saja. Jika salah satu Asma’ al-Husna itu as-syakur (Maha Bersyukur), sudah semestinya kita sebagai hamba-Nya lebih tahu diri lagi untuk banyak bersyukur atas kemurahan dan karunia-Nya. Wallahu a’lam