*** KEISTIMEWAAN LAILATUL QODAR ***
"Sesunguhnya Kami telah menurunkannya (al-Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu. Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar." (QS al-Qadr [97]: 1-5).
Saudaraku, begitu besar kasih sayang yang diberikan Allah kepada hamba-Nya. Lihattlah kita ,manusia, sebagai hamba-Nya dengan tabiat yang sering jatuh bangun dalam lumpur dosa. Namun Allah senantiasa mengasihi dengan memberi kita kemudahan-kemudahan untuk mensucikan diri dari karat-karat dosa dan kemaksiatan. Tak bisa dibayangkan, sebesar apa noda hitam kemaksiatan itu tergores dalam hati, apabila Allah tidak melimpahkan ampunan-Nya yang Maha Luas.
Ramadhan, merupakan salah satu sarana yang Allah berikan kepada kita memperoleh ampunan-Nya. Banyak sekali kelebihan-kelebihan yang Allah berikan kepada hamba_nya melalui Ramadhan ini, sehingga wajar kalau Rasulullah mengekspresikan keutamaannya dengan perkataan "Apabila umat ini tahu apa yang ada dalam Ramadhan, niscaya mereka akan mengharapkan hal itu selam satu tahun penuh." (HR Tabrani).
Bahkan salah satu malam yang diselimuti keberkahan hanya terdapat pada salah satu malam di bulan Ramadhan. Betapa agungnya Ramadhan sehingga tak ada selainya yang mendapatkan malam mulia yang lebih baik dari seribu bulan. Rasulullah saw., bersabda, "Barangsiapa yang beribadah pada malam Lailatul Qadr, niscaya diampuni dosa-dosanya yang sudah lewat. (HR Bukhari dan Muslim)
Banyak penjelasan Rasulullah saw yang sampai pada kita tentang keutamaan-keutamaan malam yang penuh berkah ini. Sebagai malam yang terbaik dan paling barakah diantara malam yang ada, didalamnya Allah telah menjanjikan pada hambanya yang ikhlas dan berharap untuk mendapatkan perlindungan-Nya di hari akhir, akan melipatgandakan sampai 1000 bulan untuk amal-amalan kebaikan yang dilakukan pada malam ini.
Banyak sekali hadist yang menerangkan bahwa kaum muslim hendaklah mencari lailatul qadar diantara tanggal ganjil pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan (HR Bukhari) atau tujuh malam terakhir bulan itu (HR Bukhari). Tampaknya bagi kita tidak menjadi persoalan kapan lailatul qadar itu didatangkan, tetapi yang penting adalah menjemput kedatangannya pada setiap waktu dan mempersiapkan diri untuk itu. Mungkin lebih baik jika kita pusatkan perhatian pada kesiapan mental, kejernihan hati, ketulusan jiwa, keadilan pikiran, kepenuhan iman kita, serta totalitas iman dan kepasrahan jiwa kita kepada Allah Azza Wa Jalla.
Karena itulah, Ramadhan dengan lailatul Qadar-Nya sebagai media yang bisa mengantarkan kita pada kesucian. Adalah sangat disunahkan bagi kita untuk berusaha memperolehnya dengan memperbanyak ibadah dan amalan-amalan yang baik. Rasulullah, suatu ketika mengatakan "Barang siapa beramal pada malam lailatul qadar dengan penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah, maka terampunilah dosa-dosanya yang telah lalu". Tidak berlebihan memang, kalau Allah menamainya yang kebaikannya melebihi seribu bulan.
Tentu alangkah sombongnya manusia yang sangat membutuhkan pengampunan dari Allah atas perbuatan-perbuatan mereka yang banyak menyimpang, apabila mereka menyia-nyiakan kesempatan emas yang bersifat tak tentu akan mereka dapatkan di masa-masa yang akan datang. Siapa yang bisa menjamin bahwa usia kita akan sampai Ramadhan tahun-tahunyang akan datang. Oleh karena itu merupakan keharusan yang tidak bisa tidak bagi kita, untuk mengejarnya, sehingga janji-janji Allah yang telah ditaburkan itu benar-benar bisa kita dapatkan.
Berangkat dari sini, kita bisa menyikapinya dengan senatiasa mengoptimalkan ibadah kita di 10 malam terakhir dalam bulan yang penuh rahmat ini. Dengan begitu kita kita tidak khawatir akan terlepas dari malam lailatul qadar. Karena kita mencarinya hany pada malam-malm tertentu.
Kemudian setelah paparan diatas, kita sebagai hamba Allah yang benar-benar memahami kebenaran kekuasaannya sadar bahwa usaha kitadalam mencari lailatul qadar ini adalah untuk membuktikan dan merealisasikan penghambaan kita kepad Allah Swt, sehingga hal itu mengingatkan kita, seharusnya kita bersama-sama mendekatkan diri kapanpun dan dimanapun, tanpa dibatasi ruang dan waktu. Semoga Allah Yang Maha Agung, memberi kesempatan kepada kita untuk mengecap, menikmati, dan melampaui malam lailatul qadar pada bulan Ramadhan ini dengan kesungguhan beribadah dan keikhlasan hati.
Saudaraku yang budiman, para ulama menerangkan bahwa hikmah disembunyikannya malam qadar, tidak ditegaskan malamnya, ialah supaya kita berusaha mencarinya, meningkatkan ibadah di setiap malam, membanyakkan doa semoga memperolehnya, sebagaimana yang dilakukan ulam salaf.
Saudaraku yang baik, Rasulullah SAW sengaja memperlihatkan keistimewaan yang ada pada malam kemuliaan (lailatul qadr) yang penuh berkah itu. Karena beliau tahu bahwa dahulu pernah ada seorang lelaki bani Israil yang selama 1000 bulan selalu memakai pedang berjuang dijalan Allah. Karena umur ummatnya tidak ada yang sepanjang itu, maka Allah menurunkan surat Al-Quran yang menerangkan mengenai malam kemuliaan itu: "Sesungguhnya kami menurunkannya (al-Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemulian itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu penuh dengan kesejahteraan sampai terbit fajr" (Al Qadr 1-5).
Al Qadr berarti kemuliaan atau tempat kedudukan yang tinggi, atau dikatakan juga takdir (ketentuan) dan keduanya dianggap benar. Ia merupakan tempat menentukan segala urusan dalam setiap tahun, seperti firman Allah: "Sesungguhnya Kami menurunkan Al-Quran pada suatu malam yang diberkati, dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah" (Ad Dukhan 3-4).
Seribu bulan lebih lamanya daripada 83 tahun (sepanjang umur manusia). Dan melakukan ibadah pada malam itu pahalanya setara dengan melakukan ibadah sepanjang masa. Tentu saja itu merupakan kemurahan. Oleh karena itulah Rasulullah menjadi orang yang paling antusias untuk melakukannya. Demi hal itu beliau melakukan i'tikaf di masjid, seraya melepaskan diri dari segala kesibukan dunia. Beliau bersabda: "Barang siapa melakkuakn ibadah pada malam kemuliaan karena iman dan mencari pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni".
Suatu hal yang perlu diperhatikan mengenai keistimewaan malam kemuliaan ini ialah, bahwa Allah memuliakan segenap manusia dengan cara menurunkan cahaya petunjuk pada malam itu. Karenanya, gelap kesesatan hilang sirna. Pada malam itu Allah menghidupkan hati manusia kalau mereka mau melakukan amal-amal yang saleh. Pada malam itu turun para malaikat dan termasuk juga Jibril.
Satu lagi keistimewaan malam kemuliaan tersebut ialah, kalau peristiwa turunnya malaikat Jibril kepada Rasulullah SAW membawa wahyu sudah berlalu, maka pada malam kemuliaan itu seakan-akan merupakn rekonstruksinya ataupun demi pembaharuan kesejahteraan bagi manusia. Apabila Jibril waktu itu turun dengan membawa wahyu dan syariat Islam, maka pada malam kemuliaan itu beliau turun lagi setelah mendapat izin dari Rabbnya untuk mengatur segala urusan yang berlaku setahun bagi penghuni bumi. Para malaikat pun ikut turun dengan membawa segenap kesejahteraan. Pada malam itu seolah-olah seluruh dunia tengah terjaga menjambut tanda-tanda kesejahteraan, kedamaian, kebajikan dan keselamatan.
Ini mendorong kita untuk menyuarakan kepada segenap dunia bahwa sesungguhnya agama kita dan misi atau risalah nabi kita, adalah agama dan misi kesejahteraan yang selalu diperbaharui setiap tahunnya.
Malam kemuliaan merupakan karunia yang tiada duanya. Siapapun yang sampai terlambat memanfaatkannya, maka sama halnya ia telah berlaku aniaya terhadap dirinya sendiri. Karena istrinya Aisyah ra, Rasulullah SAW pernah memberikan wasiat:
"Apabila kamu mendapati malam itu (lailatul qadr), maka bacalah do'a ini: Allahumma innaka 'afqun tuhibbul 'afwa fa'annii. (Ya Allah, sesungguhnya Engkau maha pengampun, Engkau suka mengampuni, maka ampunilah aku)" (HR Tarmidzi).
Do'a tersebut mencakup segala kebajikan. Masalahnya kalau orang sudah diberikan ampunan, maka jiwa dan raganya akan terpelihara. Ia pun akan dipelihara dari hisab (perhitungan amal) dan siksa, sehingga ia akan memperoleh kebahagiaan dunia dan akherat.
Rasulullah SAW sudah menjelaskan kepada para sahabatnya mengenai tanggal dari pada malam lailatul qadr tersebut, yakni disekitar bilangan sepuluh hari yang terakhir pada bulan Ramadhan. Agaknya masalah tersebut tidak perlu diperdebatkan, karena seluruh malam yang ganjil dari sepuluh malam terakhir, terdapat hadist yang memaparkan bahwa malam itu adalah lailatul qadr. Menurut pandangan kami (Athiyah Muhammad Salim), yang tepat ialah bahwa lailatul qadr itu tidak menentu dan berpindah-pindah.
"Ya Allah, tolonglah kami untuk bisa melakukan ibadah pada malam kemuliaan. Berikan kepada kami berkat kebajikannya. Ampunilah kami. Terimalah permohonan kami agar Engkau berkenan membebaskan kami semua dari siksa neraka. Sesungguhnya Engkau adalah Dzat yang maha mendengar dan yang maha mengabulkan do'a. Semoga shalawat dan salam sejahtera Allah senantiasa terlimpah bagi hamba dan Rasul-Nya yang mulia Muhammad SAW".
Rasulullah SAW bersabda: "Perangilah nafsu kamu dengan menahan lapar dan dahaga, karena pahalanya seperti pahala orang yang berjihad di jalan Allah dan tidak ada amalan yang disukai di sisi Allah daripada menahan lapar dan dahaga". Wallahu a'lam.
1. Keutamaan Malam Lailatul Qadar
Cukuplah
untuk mengetahui tingginya kedudukan Lailatul Qadar dengan mengetahui
bahwasanya malam itu lebih baik dari seribu bulan, Allah berfirman :
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ ﴿١﴾ وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ ﴿٢﴾ لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ ﴿۳﴾ تَنَزَّلُ الْمَلاَئِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ ﴿٤﴾ سَلاَمٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ ﴿٥﴾ [القدر: ١ - ٥]
(yang artinya) [1] Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur’an) pada malam kemuliaan. [2] Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? [3] Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. [4] Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. [5] Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar. [QS Al Qadar: 1 - 5]
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ ﴿١﴾ وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ ﴿٢﴾ لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ ﴿۳﴾ تَنَزَّلُ الْمَلاَئِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ ﴿٤﴾ سَلاَمٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ ﴿٥﴾ [القدر: ١ - ٥]
(yang artinya) [1] Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur’an) pada malam kemuliaan. [2] Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? [3] Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. [4] Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. [5] Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar. [QS Al Qadar: 1 - 5]
Dan pada malam itu dijelaskan segala urusan nan penuh hikmah :
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ ﴿۳﴾ فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ ﴿٤﴾ أَمْرًا مِنْ عِنْدِنَا إِنَّا كُنَّا مُرْسِلِينَ ﴿٥﴾ رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ ﴿٦﴾ [الدخان: ۳ - ٦]
(yang artinya) :
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ ﴿۳﴾ فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ ﴿٤﴾ أَمْرًا مِنْ عِنْدِنَا إِنَّا كُنَّا مُرْسِلِينَ ﴿٥﴾ رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ ﴿٦﴾ [الدخان: ۳ - ٦]
(yang artinya) :
“Sesungguhnya
Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya
Kami-lah yang memberi peringatan. [4] Pada malam itu dijelaskan segala
urusan yang penuh hikmah, [5] (yaitu) urusan yang besar dari sisi Kami.
Sesungguhnya Kami adalah Yang mengutus rasul-rasul, [6] sebagai rahmat
dari Tuhanmu. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.”[QS Ad Dukhoon: 3 - 6]
2. Waktunya
Diriwayatkan
dari Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam bahwa malam tersebut terjadi pada
malam tanggal 21, 23, 25, 27, 29 dan akhir malam bulan Ramadhan.
(Pendapat-pendapat yang ada dalam masalah ini berbeda-beda, Imam Al
Iraqi telah mengarang satu risalah khusus diberi judul Syarh Shadr
bidzkri Lailatul Qadar, membawakan perkatan para ulama dalam masalah
ini, lihatlah).
Imam Syafi’I berkata : “Menurut pemahamanku, wallahu a’lam, Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab sesuai yang ditanyakan, ketika ditanyakan kepada beliau : “Apakah kami mencarinya di malam hari?”, beliau menjawab : “Carilah di malam tersebut.”. (Sebagaimana dinukil al Baghawi dalam Syarhus Sunnah (6/388).
Imam Syafi’I berkata : “Menurut pemahamanku, wallahu a’lam, Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab sesuai yang ditanyakan, ketika ditanyakan kepada beliau : “Apakah kami mencarinya di malam hari?”, beliau menjawab : “Carilah di malam tersebut.”. (Sebagaimana dinukil al Baghawi dalam Syarhus Sunnah (6/388).
Pendapat
yang paling kuat, terjadinya malam Lailatul Qadr itu pada malam
terakhir bulan Ramadhan, berdasarkan hadits ‘Aisyah Radiyallahu ‘anha,
dia berkata : Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam beri’tikaf di
sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan dan beliau bersabda : (yang
artinya) “Carilah malam Lailatur Qadar di (malam ganjil) pada sepuluh
hari terakhir bulan Ramadhan.”. (HR Bukhari 4/255 dan Muslim 1169)
Jika
seseorang merasa lemah atau tidak mampu, janganlah sampai terluput dari
tujuh hari terakhir, karena riwayat Ibnu Umar (dia berkata) Rasulullah
Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda (yang artinya) : “Carilah di
sepuluh hari terakhir, jika tidak mampu maka jangan sampai terluput
tujuh hari sisanya.” (HR Bukari 4/221 dan Muslim 1165).
Ini
menafsirkan sabdanya : (yang artinya) “Aku melihat mimpi kalian telah
terjadi, maka barangsiapa ingin mencarinya, carilah pada tujuh hari yang
terakhir.” (Lihat maraji’ diatas).
Telah
diketahui dalam sunnah, pemberitahuan ini ada karena perdebatan para
sahabat. Dari Ubadah bin Shamit Radiyallahu ‘anhu, ia berkata Rasulullah
Shalallahu ‘alaihi wassalam keluar pada malam Lailatul Qadar, ada dua
orang sahabat berdebat, beliau bersabda : “Aku keluar untuk
mengkhabarkan kepada kalian tentang malam Laitul Qadar, tetapi fulan dan
fulan (dua orang) berdebat hingga diangkat tidak bisa lagi diketahui
kapan lailatul qadar terjadi), semoga ini lebih baik bagi kalian, maka
carilah pada malam 29,27,25 (dan dalam riwayat lain : tujuh, sembilan,
lima). (HR Bukhari 4/232).
Telah
banyak hadits yang mengisyaratkan bahwa malam Lailatul Qadar itu pada
sepuluh hari terakhir, yang lainnya menegaskan di malam ganjil sepuluh
hari terakhir. Hadits yang pertama sifatnya umum, sedang hadits kedua
adalah khusus, maka riwayat yang khusus lebih diutamakan daripada yang
umum, dan telah banyak hadits yang lebih menerangkan bahwa malam
Lailatul Qadar itu ada pada tujuh hari terakhir bulan Ramadhan, tetapi
ini dibatasi kalau tidak mampu dan lemah, tidak ada masalah. Maka dengan
ini, cocoklah hadits-hadits tersebut, tidak saling bertentangan, bahkan
bersatu tidak terpisahkan.
Kesimpulannya :
Jika seseorang muslim mencari malam Lailatul Qadar, carilah pada malam ganjil sepuluh hari terakhir, 21, 23, 25, 27 dan 29. Kalau lemah dan tidak mampu mencari ppada sepuluh hari terakhir, maka carilah pada malam ganjil tujuh hari terakhir yaitu 25, 27 dan 29. Wallahu a’lam.
Jika seseorang muslim mencari malam Lailatul Qadar, carilah pada malam ganjil sepuluh hari terakhir, 21, 23, 25, 27 dan 29. Kalau lemah dan tidak mampu mencari ppada sepuluh hari terakhir, maka carilah pada malam ganjil tujuh hari terakhir yaitu 25, 27 dan 29. Wallahu a’lam.
Paling
benarnya pendapat lailatul qadr adalah pada tanggal ganjil 10 hari
terakhir pada bulan Ramadhan, yang menunjukkan hal ini adalah hadits
Aisyah, Ia berkata :
“Adalah Rasulullah beri’tikaf pada 10 terakhir pada bulan Ramadhan dan berkata : “Selidikilah malam lailatul qadr pada tanggal ganjil 10 terakhir bulan Ramadhan”.
“Adalah Rasulullah beri’tikaf pada 10 terakhir pada bulan Ramadhan dan berkata : “Selidikilah malam lailatul qadr pada tanggal ganjil 10 terakhir bulan Ramadhan”.
3. Bagaimana Mencari Malam Lailatul Qadar
Sesungguhnya
malam yang diberkahi ini, barangsiapa yang diharamkan untuk
mendapatkannya, maka sungguh telah diharamkan seluruh kebaikan
(baginya). Dan tidaklah diharamkan kebaikan itu, melainkan (bagi) orang
yang diharamkan (untuk mendapatkannya). Oleh karena itu, dianjurkan bagi
muslimin (agar) bersemangat dalam berbuat ketaatan kepada Allah untuk
menghidupkan malam Lailatul Qadar dengan penuh keimanan dan mengharapkan
pahalaNya yang besar, jika (telah) berbuat demikian (maka) akan
diampuni Allah dosa-dosanya yang telah lalu. (HR Bukhari 4/217 dan
Muslim 759).
Rasulullah
Shalallahu ‘alaihi wassalam Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda (yang
artinya), “ Barangsiapa berdiri (shalat) pada malam Lailatul Qadar
dengan penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah, maka diampuni
dosa-dosanya yang telah lalu.” yang telah lalu. (HR Bukhari 4/217 dan
Muslim 759)
Disunnahkan
untuk memperbanyak do’a pada malam tersebut. Telah diriwayatkan dari
Sayyidah ‘Aisyah Radiyallahu ‘anha, (dia) berkata : “Aku bertanya, Ya
Rasulullah (Shalallahu ‘alaihi wassalam), Apa pendapatmu jika aku tahu
kapan malam Lailatul Qadar (terjadi), apa yang harus aku ucapkan ?”.
Beliau menjawab, “Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘annii.
Ya Allah, Engkau Maha Pengampun dan mencintai orang yang meminta
ampunan, maka ampunilah aku.”. (HR Tirmidzi (3760), Ibnu Majah (3850),
dari Aisyah, sanadnya shahih. Lihat syarahnya Bughyatul Insan fi
Wadhaifi Ramadhan, halaman 55-57, karya ibnu Rajab al Hanbali.)
Saudaraku
– semoga Allah memberkahimu dan memberi taufiq kepadamu untuk
mentaatiNya – engkau telah mengetahui bagaimana keadaan malam Lailatul
Qadar (dan keutamaannya) maka bangunlah (untuk menegakkan sholat) pada
sepuluh malam hari terakhir, menghidupkannya dengan ibadah dan menjauhi
wanita, perintahkan kepada istrimu dan keluargamu untuk itu dan
perbanyaklah amalan ketaatan.
Dari
Aisyah Radiyallahu ‘anha, “Adalah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi
wassalam apabila masuk pada sepuluh hari (terakhir bulan Ramadhan),
beliau mengencangkan kainnya (menjauhi wanita yaitu istri-istrinya
karena ibadah, menyingsingkan badan untuk mencari Lailatul Qadar),
menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya.” (HR Bukhari 4/233
dan Muslim 1174).
Juga
dari ‘Aisyah Radiyallahu ‘anha, (dia berkata) : “Adalah Rasulullah
Shalallahu ‘alaihi wassalam bersungguh-sungguh (beribadah apabila telah
masuk) malam kesepuluh (terakhir), yang tidak pernah beliau lakukan pada
malam-malam lainnya.” (HR Muslim 1174).
4. Tanda-tandanya
Ketahuilah
hamba yang taat – mudah-mudahan Allah menguatkanmu dengan ruh dariNya
dan membantu dengan pertolongaNya – sesungguhnya Rasulullah Shalallahu
‘alaihi wassalam menggambarkan paginya malam Lailatul Qadar agar seorang
muslim mengetahuinya.
Dari
Ubay Radiyallahu ‘anhu, ia berkata : Rasulullah Shalallahu ‘alaihi
wassalam bersabda (yang artinya) : “Pagi hari malam Lailatul Qadar,
matahari terbit tanpa sinar menyilaukan, seperti bejana hingga
meninggi.” (HR Muslim 762).
Dari
Abu Hurairah, ia berkata : Kami menyebutkan malam Lailatul Qadar di
sisi Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam beliau bersabda : (yang
artinya) “Siapa diantara kalian yang ingat ketika terbit bulan, seperti
syiqi jafnah.” (HR Muslim 1170. Perkataannya “Syiqi Jafnah”, syiq
artinya setengah, jafnah artinya bejana. Al Qadli ‘Iyadh berkata :”Dalam
hadits ini ada isyarata bahwa malam Lailatul Qadar hanya terjadi di
akhir bulan, karena bulan tidak akan seperti demikian ketika terbit
kecuali di akhir-akhir bulan.”)
Dan
dari Ibnu Abbas Radiyallahu ‘anhu, ia berkata : Rasulullah Shalallahu
‘alaihi wassalam bersabda (yang artinya) : “ (Malam) Lailatul Qadar
adalah malam yang indah, cerah, tidak panas dan tidak juga dingin, (dan)
keesokan harinya cahaya sinar mataharinya melemah kemerah-merahan. Wallahu a'lam
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusSemoga kita dapat mengisi malam lailatul qodar dengan amal ibadah yang berkwalitas, supaya kebagian pahala 1000 bulan
BalasHapus