SEKSI PENDIDIKAN MADRASAH KABUPATEN BANGKALAN

Senin, 08 April 2013

REPOSISI KOMITMENT KEMENTRIAN AGAMA KABUPATEN BANGKALAN DAN MADRASAH


By        : Djohan Trio Santoso
Penulis adalah salah satu pengagum gusdur dan Salah satu staff pengajar di Staimidia Konang Bangkalan

Pada umumnya, madrasah muncul dan berkembang sebagai upaya masyarakat, khususnya di pedesaan untuk memperoleh pendidikan yang tidak bisa mereka akses di sekolah umum. Berbagai alasan mereka enggan masuk sekolah umum karena keterjangkauan jarak tempuh ke lokasi sekolah dari rumah siswa atau karena keterbatasan biaya. Madrasah merupakan institusi pendidikan berbasis masyarakat yang menjadi alternatif dari pendidikan umum.  Kenyataan seperti ini menunjukkan bahwa sebagian besar madrasah merupakan milik swasta yang diinisiasi, didirikan dan dibiayai oleh masyarakat sendiri.
            Salah satu dari sekian banyak bukti tersebut, tampak terlihat dalam agenda kementrian agama kabupaten bangkalan yakni “madrasah science fair and expo madrasah”. Tepat 5 hari yang lalu, dari tulisan ini dibuat, tertanggal 22 Desember 2012, seluruh lembaga pendidikan agama (baca: madrasah) se-kabupaten Bangkalan, bahu membahu untuk menyukseskan dan berkompetisi dalam ajang sains dan pameran hasil karya anak-anak didik serta para guru madrasah; meskipun hanya berbekal segudang kepercayaan pada diri anak-anak didik serta para guru, dan seluruh jajaran madrasah umumnya.
            Gebrakan baru dalam dunia pendidikan yang mungkin sangat jarang disaksikan. Sungguh trobosan yang sangat seksi. Tiada kata yang patut dikatakan, kecuali wow, luar biasa atau kereeeen, pada lembaga yang dinahkodai oleh bapak  Drs.H.Amin Machfud, M.Pd.I ini. Dimana madrasah adalah lembaga (yang kata orang) adalah lembaga ala kadar. Yang dalam sejarah, lembaga ini lahir lebih karena spirit yang kuat untuk mencerdaskan masyarakat, bukan karena telah siapnya faktor-faktor pendukung seperti keberadaan guru yang memenuhi kualifikasi dan keberadaan sarana prasarana yang memadai. Prinsip yang biasanya dipegang oleh para perintis madrasah adalah menyelenggarakan pendidikan bagi masyarakat, khsusunya masyarakat miskin di pedesaan dengan segala keterbatasannya.
            Perubahan untuk menjadi lebih baik tentunya merupakan harapan yang diinginkan. Perubahan semakin dinginkan ketika banyak orang merasa selama ini mereka berada jauh dari standar baik. Dan itu terasa kini, baik oleh jajaran kemenag kabupaten maupun madrsah. Dan baru melek. Meskipun, untuk berubah bukanlah hal yang mudah, walaupun juga bukan berarti sulit dilakukan. Untuk mengubah diri menjadi lebih baik, tidak cukup dengan bermodalkan keinginan dan niat baik.
            Untuk bergerak dan menghasilkan perubahan, seorang pemimpin harus mengajak masyarakatnya (baca: jajaran kemenag dan madrasah/yayasan) untuk: pertama: melihat dan mempercayai bahwa sesuatu telah berubah. “Seeing is believing”. kemudian, kedua; memberikan bahan bakar untuk maju bergerak, dan ketiga;  menyelesaikan perubahan sampai tuntas. Ini adalah tugas seorang pemimpin. Perubahan akan mengalami kegagalan jika anggota masyarakat tidak bisa melihat perubahan seperti apa yang telah dilihat oleh pemimpinnya.
            Namun kesuksesan itu, juga membutuhkan komitmen dari semua pihak. Pertanyaannya kemudian adalah; mana yang lebih penting: komitmen mengikuti keberhasilan perubahan, ataukah komitmen yang mendorong keberhasilan perubahan?
            Tentunya, banyak orang akan mengatakan bahwa komitmentlah yang mendorong keberhasilan perubahan. Selanjutnya, yang perlu difahami adalah dalam tubuh organisasi selalu ada kelompok optimis  yang concern menjalankan laju organisasi demi kebaikan dan kebahagiaan bersama. Dilain pihak ada juga kelompok pesimist yang memiliki separoh keyakinan dalam diri, sehingga ragu-ragu dalam bergerak.
            Namun, misteri terbesar dari sebuah karya perubahan adalah “the establishment”. Kelompok mapan yang sudah cukup lama menikmati manfaat dari kemapanan-nya. Mereka memiliki banyak jaringan yang bisa dibagi-bagi, meskipun tidak semua; memiliki banyak pengikut yang setia untuk tidak membuka opini kemajuan. Kelompok inilah yang menjadi tantangan bagi para pembaharu. Mereka bisa saja tumbang, tapi naluri untuk senantiasa berada diatas akan selalu membara. Tapi, harus juga diakui bahwa mereka mempunyai kedekatan emosional, komunikasi dan kerjasama yang apik. Hanya kemudian, tinggal meramu posisi the establishment itu sendiri. Apakah berdiri membangun kemapanan pribadi/kelompok (selfish) atau bersama-sama berdiri kokoh membangun nilai-nilai sosial (social capital) yang kuat.
            Jika konsentrasi kementrian agama kabupaten Bangkalan (baca: MAPENDA) hanya terletak bagaimana mengurusi administrasi seperti: pendataan madrsah yang perlu mendapatkan bantuan rehab, penyaluran bantuan operasional madrasah (BOM), penyaluran bantuan siswa miskin (BSM), pemutahakhiran jumlah peserta didik, dan lain sebagainya, dan juga konsentrasi madrsah yang hanya berkutat pada pengguguran kewajiban,  tanpa adanya penekanan terhadap penanaman budaya penelitian pada guru dan anak didik, maka      tidak akan ada perubahan di institusi lembaga pendidikan madrsah.    
            Kalau budaya kementrian agama kabupaten Bangkalan dan seluruh madrasah kuat kedalam, menjunjung tinggi nilai-nilai sosial, komitmen akan mudah diraih. Perubahan di madrasah merupakan tuntutan. Kitab kuning, alfiah, nahwu shorof, dan lain sebagainya tidak lagi harus menjadi santapan utama, meskipun itu tidak bisa ditinggalkan karena merupakan ciri khas madrsah. Madrasah tidak hanya membutuhkan kajian-kajian kitab-kitab tersebut melainkan juga penelitian-penelitian terhadap terhadap seluruh objek yang ada disekelilingnya. Dengan penanaman jiwa yang selalu ingin meneliti akan menumbuh-kembangkan kepercayaan keilmuwan yang telah ditanamkan.
Terwujudnya madrasah yang maju dan bermutu, merupakan harapan kementrian agama kabupaten Bangkalan, terlebih setiap penyelenggara dan pengelola madarasah. Karena kemajuan dan pencapaian mutu bagi penyelenggara dan pengelola madrasah, akan berhubungan langsung dengan keberadaan madrasah di masa depan. Di tengah makin kompetitifnya dunia pendidikan di Indonesia, hanya dengan meraih kemajuan dan pencapaian mutu sesuai harapan masyarakat, madrasah akan bisa tetap dihargai, dipercaya, diterima, dan diminati. Dengan “madrasah science fair and expo madrsah”, kini madrasah dapat mendongakkan kepala keatas, bukan berarti sombong tapi berjalan penuh percaya diri.
             



  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar